Mata Dante dan Reema mengikuti punggung Nolan. Pintu tertutup. Keheningan kembali memenuhi ruang kerja Dante. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, seolah ingin menghapus semua beban. Reema melangkah mendekat dengan hati-hati. “Dante…” panggilnya pelan. Dante menurunkan tangannya, menatap istrinya. Dalam sorot mata itu, Reema melihat letih yang sangat dalam. “Nolan berharap kamu datang ke pernikahannya.” Ucapnya lembut. “Menurutmu aku harus datang ke pernikahannya?” Dante malah bertanya, meminta pendapat Reema. Namun, sebelum Reema menjawab. Dante terdiam sejenak, menunduk dan kembali bicara. “Aku tidak ingin datang, Re. Bukan karena aku mendukung keputusan Mami-Papi. Tapi, rasanya aneh jika aku tiba-tiba terasa peduli padanya.” Reema duduk di kursi berseberangan dengannya, ia m