Alfa menggandeng tanganku ke sebuah area permainan. Aku hanya diam saja seolah telah pasrah untuk dibawa kemana saja. Aku sudah hampir menangis karena mas Angga dan aku sudah kehilangan akal sehatku saat si cowok BBF datang dan menarikku pergi.
"Na, tunggu sini! Aku beli koin dulu!" kata Alfa sambil senyum.
Aku hanya mengangguk kecil.
"Aku nggak lama, kok! Jangan nangis!" kata Alfa menimpali sembari menghapus airmata di sudut mataku.
"Kamu cantik kalau senyum," imbuh Alfa.
Aku hanya tersenyum kecil mendengar pujian darinya.
"Makasih, Fa!" kataku tulus.
Alfa senyum.
"Sip!" katanya lalu pergi meninggalku untuk membeli koin agar kami bisa main di area permainan ini.
Selepas Alfa pergi aku melihat-lihat sekitarku. Ada banyak pengunjung di mall ini, terutama di bagian area permainan ini. Tidak hanya pengunjung yang sudah taken, ada banyak pula para jones, anak-anak dan orangtuanya, rombongan satu keluarga dan bahkan juga ada kelompok anak muda baik kelompok cowok, cewek atau gabungan keduanya.
Aku termangu menatap seorang cowok yang sedang berlomba dengan seorang cewek di area permainan lempar bola basket. Mereka tertawa, bahagia. Entah kenapa aku merasa iri.
"Na,"
Aku sedikit terkejut dan menoleh pada Alfa yang rupanya telah selesai membeli koin.
"Mau main apa?" tanya Alfa.
Aku terdiam, berpikir sebentar sembari menatap permainan yang aku anggap seru.
"Ah! Itu!" tunjukku pada sebuah permainan roller coaster.
Alfa mengernyitkan keningnya.
"Papan luncur itu?" tanya Alfa.
"Papan luncur? Roller coaster, Alfa!" ujarku.
Alfa meringis ngeri.
"Ogah, ah! Main sendiri aja ya!" tolaknya.
"Dih, penakut!" ejekku.
"Bukan gitu, Na. Aku merasa ngeri aja!" sanggah Alfa.
"Sama aja, yaudah kalau nggak mau naik itu, aku nggak mau main!" ancamku.
Alfa manyun.
"Yaudah, ayo main!" kata Alfa mengalah.
Aku senyum lebar.
"Ayo!" ajakku.
Kami pun mulai berjalan ke wahana itu. Ternyata lumayan banyak peminatnya sehingga kami hatus mengantri dulu untuk bisa naik.
"Na, itu muter dua kali lho!" kata Alfa.
"Iya, udah tahu! Aku pernah naik!"
"Pasti deg-deg.an gila lho naik itu. Kamu nggak takut?" tanya Alfa.
"Nggak,"
"Beneran?" tanya Alfa nggak percaya.
"Iya, beneran. Aku nggak takut!" jawabku meyakinkan.
"Pas naik ke puncak trus melaju ke bawah serem lho!" kata Alfa lagi.
"Iya, udah tahu. Biasa aja tuh. Emang kamu pernah naik?" tanyaku.
Alfa menggeleng.
"Nggak sih, cuma pasti serem kan ya?" kata Alfa ragu.
"Menurutku nggak tuh!"
"Tapi banyak yang teriak-teriak tuh!" kata Alfa sambil menunjuk ke pengunjung yang sedang teriak-teriak nggak jelas saat roller coaster melaju.
"Teriakan mereka bukan berarti takut," jelasku.
"Terus?" tanya Alfa tidak mengerti.
"Bisa aja teriak buat ngilangin stress atau ngeluapin perasaan yang kependem!" jawabku.
Alfa mangut-mangut.
"Bisa gitu ya?"
Aku mengangguk.
"Bisalah, namanya juga manusia!"
Alfa menghela napas panjang. Dilihat dari ekspresinya sepertinya dia ketakutan walau mencoba sok berani buat aku.
Sebenarnya Alfa itu naksir aku nggak sih? Kok jadi bingung.
Tak lama kemudian giliran kami tiba, tanpa diduga kami berada di kursi paling depan karena barisan kedua sampai belakang telah penuh.
"Waduh," pekik Alfa tanpa sadar.
"Kenapa? Kalau takut jangan naik!" kataku.
"Siapa yang takut huh?" elak Alfa.
"Nggak apa-apa kalau kamu takut, aku naik sendiri aja!" ujarku.
Alfa menggelengkan kepalanya.
"Aku nggak takut!" sanggah Alfa lalu duduk di kursi roller coaster.
Aku yang melihatnya begitu langsung duduk pula di sampingnya. Pengaman roller coaster pun mulai diturunkan. Kulihat Alfa yang sudah komat-kamit.
"Jangan pipis di celana lho, Fa!" ejekku.
Alfa tidak bereaksi apapun. Dia hanya menutup mata dengan mulut yang komat-kamit. Entah kenapa jadi sangat lucu melihatnya begitu.
Roller coaster mulai melaju, semakin lama semakin cepat. Aku yang memang sedang stress akhirnya bisa merasa lega karena bisa berteriak keras. Terlebih aku di urutan paling depan sehingga kesan waktu naik roller coaster begitu terasa mendebarkan.
Setelah dua kali putaran, permainan selesai. Kulirik Alfa yang hanya diam saja. Kami berdua turun dan keluar dari area permainan. Alfa berjalan cepat sekali sehingga aku sedikit tertinggal di belakangnya. Aku jadi tertawa geli saat kulihat dia masuk ke toilet cowok. Aku rasa dia mual.
Dasar Alfa, sok berani sih. Jadinya tepar gitu kan?
Aku berjalan sedikit menjauh dari toilet dan memperhatikan keadaan mall yang semakin ramai. Aku menghela napasku perlahan, entah kenapa aku merasa ini salah. Walau aku nggak tahu letak kesalahannya dimana dan kenapa.
"Yang jahat!"
Aku menoleh dan seorang cewek tengah menelpon seseorang dengan menangis.
"Jahat! Aku sudah nunggu 3 jam lho!" katanya kesal.
Kulihat cewek itu sudah berlinang airmata. Sepertinya dia benar-benar menunggu siapapun yang tengah di telponnya. Hal itu terlihat dari penampilannya yang mulai kucel dan rasa lelah yang tergambar jelas di raut wajahnya.
"Yaudah, aku ada di deket toilet! Cepetan kesini!" katanya lalu mengakhiri telpon.
Tak lama kemudian, kulihat cewek itu mulai menyeka airmatanya. Dia mengeluarkan bedak dan mulai merapikan penampilannya.
"Yang!"
Cewek itu menoleh dan kulihat seorang cowok datang dengan tergesa-gesa. Mereka saling berpelukan dan tersenyum senang.
"Maaf ya, aku ketiduran! Waktu aku menelponmu aku sudah di mall, tapi kau tidak ada di tempat kita janjian. Jadi aku muter-muter mencarimu," kata si cowok menjelaskan.
"Maaf ya, yang! Tadi aku nunggu di pintu mall. Tapi kelamaan yang datengnya, jadinya aku pindah!" si cewek juga menjelaskan situasinya.
"Yaudah pasti lapar kan? Makan yuk!" ajak si cowok.
Si cewek mengangguk mengiyakan.
"Ayo!" katanya antusias.
"Na!"
Aku tersentak kaget mendengar sapaan itu.
"Mas."
"He?"
Alfa mengernyitkan keningnya.
"Aku Alfa, Na," ralat Alfa.
Aku hanya tersenyum kecut untuk itu.
"Maaf," kataku merasa tidak enak.
Alfa tersenyum getir.
"Ayo!" kata Alfa sambil menggandeng tanganku.
Aku hanya terdiam, ragu.
"Na!"
Aku masih tidak bergeming.
"Ina," panggil Alfa lagi.
Aku menatap Alfa, tersenyum kecil padanya.
"Maaf, Fa!" kataku sambil melepas genggaman tangannya dari tanganku.
Alfa menatapku dengan kecewa.
"Jangan pergi padanya," cegah Alfa.
Aku hanya tersenyum kecil lalu berbalik pergi. Aku setengah berlari, segera kembali ke tempatku semula. Aku janjian dengan mas Angga jadi aku harus bersamanya.
Aku memasuki tempat pertamaku tadi dengan mas Angga. Aku memandang sekitar, mencari-cari mas Angga tetapi tak ada mas Angga disana.
Aku menghela napas panjang. Kecewa. Aku pun keluar dari tempat itu. Tiba-tiba lenganku ditarik dan seseorang memelukku.
"Na, kamu kembali!" katanya sambil mempererat pelukannya.
"Maaf, mas tadi Ina-,"
"Dari toilet kan? Iya, aku tahu!" potong mas Angga.
"Heh? Nggak, mas! Aku-,"
"Udah, Na! Aku tahu!"
Aku terdiam.
"Aku seneng kamu balik," kata mas Angga.
Aku hanya terdiam sekali lagi dalam pelukan mas Angga.
Mas, maaf ya. Mas nggak kecewa kan sama Ina? Aku harap nggak, mas. Karena aku rasa, Ina mulai menyukai mas Angga.