Akhirnya kami sampai di depan kafe. Pengunjung masih berdatangan. Tapi tunggu, kok ada beberapa pria yang ikut bekerja melayani pelanggan ya? Aku turun dari mobil saat Pak Devan membukakan pintu untukku. "Ayo!" ucapnya. Pria itu menuntun tanganku dan berjalan ke kafe. "Tunggu, Pak!" Aku berhenti melangkah sebelum kami sampai ke dalam. "Ada apa?" Pria itu mengerutkan keningnya. "Sebaiknya jangan sambil gandengan." Tatapan mataku tertuju pada tangan Pak Devan yang memegang tanganku. "Lho, kenapa? Kita sudah resmi berpacaran. Kenapa tidak boleh? Ah, atau kamu mau digendong? Tidak masalah!" Pak Devan maju ke hadapanku. Terlihat siap untuk mengangkat tubuhku. "Eh, jangan, Pak! Saya bisa jalan sendiri kok." "Terus kenapa gak boleh pegangan tangan?" Pak Devan masih tak menerima. "Ya ma

