Alatas maju ke arahku kemudian mencengkeram rahangku dengan marah. Aku menyeringai ke arahnya dan tidak takut sedikitpun. “Nyawamu bahkan sedang di ujung tanduk, berani-beraninya sikapmu kurang ajar begini.” Desisnya marah. “Kau bukan bossnya kan?” bisikku sambil terkekeh. “Mana mungkin Bossnya sebodoh dirimu.” Tambahku lagi dan sebuah pukulan mengenai wajahku. Aku terjerembab di lantai dengan sudut bibir yang berdarah. Tapi aku tertawa ringan ke arahnya. “Ambilkan suntikkan M8 di laci cepat!” Teriak Alatas pada anak buahnya. Ini yang aku tunggu. Aku memencet tombol tanda bahaya yang di selipkan di sabuk belakang celanaku. Setelah itu aku menggeletakkan diri ke lantai sambil mendesah lega. Brigita terlihat sangat jengkel padaku. Tentu saja dia jengkel karena aku obrak-abrik semua hal mi