Bab 8

1244 Kata
"Mau ke mana, Yas? Kita sarapan dulu!" Gayatri mengejar Yasmin hingga ke ruang tamu. Istri kedua Mahesa tersebut merasa heran sebab Yasmin sudah berpakaian rapi. Tidak biasanya Yasmin bepergian sepagi itu. "Aku tidak sarapan di rumah. Ada sesuatu yang harus segera aku urus." Yasmin mengabaikan tatapan heran Gayatri. Ia bergegas keluar rumah, menghampiri taksi online yang sudah ia pesan. Gayatri menghela napas panjang. Sia-sia ia memasak banyak pagi ini jika Yasmin tidak makan di rumah. Berbalik, berniat kembali ke dapur, tetapi langkah Gayatri terhenti ketika Mahesa menuruni anak tangga dengan tergesa seraya memasang kancing kemeja yang ia kenakan. "Mau ke mana, Mas? Kok buru-buru?" "Mas harus ke rumah sakit sebelum ke kantor. Yasmin sudah berangkat?" "Rumah sakit? Siapa yang sakit?" Gayatri mengabaikan pertanyaan terakhir Mahesa. Ia lebih penasaran dengan orang yang akan ditemui suaminya di rumah sakit. "Papanya Yasmin masuk rumah sakit karena serangan jantung. Mas baru tahu semalam." Nada penuh penyesalan bisa Gayatri tangkap dari ucapan Mahesa. Rasa bersalahnya kembali muncul. Pasti karena Mahesa lebih mementingkan dirinya hingga Yasmin terabaikan. Pantas saja semalam Yasmin pulang cukup larut dan dengan mata yang sembab. Rupanya mantan sahabatnya itu sedang bersedih karena Wijaya, sang papa masuk rumah sakit. "Mas gak sarapan di rumah, ya. Kamu sarapan sendiri gak papa, kan?" Gayatri menggeleng dan tersenyum. "Gak papa, aku ngerti. Cepat berangkat, gih! Yasmin sudah berangkat duluan tadi." Mahesa mengecup kening dan bibir sang istri, sebelum bergegas menuju mobil. Ia merutuki diri yang bangun kesiangan hingga tidak sempat mengajak Yasmin. Semalam Mahesa tidur di ruang tamu setelah Yasmin melarangnya masuk, pun dengan Gayatri yang tidak membukakan pintu karena malam ini memang jadwalnya bersama Yasmin. Mahesa akhirnya mengalah. Tidur sendiri tanpa Gayatri di sisinya. Niatnya pagi itu ingin mengajak Yasmin berangkat bersama ke rumah sakit, tenyata ia terlambat hingga istri pertamanya berangkat sendiri tanpa dirinya. Sedangkan Gayatri masih tertegun di tempatnya berdiri. Ingin sekali ia ikut dengan Mahesa untuk menjenguk papanya Yasmin yang dulu cukup dekat dengannya. Namun, Gayatri tahu diri. Utami pasti membencinya setelah ia menerima Mahesa yang merupakan suami Yasmin, putri yang sangat disayangi ibu mantan sahabatnya tersebut. ****** Hampir satu Minggu Wijaya dirawat di rumah sakit, dan selama itu pula Yasmin menjaga papanya bersama Utami. Mahesa pun meluangkan waktu untuk menjenguk mertuanya meski tidak setiap hari. Kesibukan di kantor dan kekhawatiran terhadap Gayatri yang ditinggal sendirian di rumah, membuatnya harus pintar membagi waktu. Kondisi Wijaya berangsur membaik dan sudah diperbolehkan pulang. Mahesa sengaja meluangkan waktu untuk menjemput papa mertuanya, meski Yasmin sempat menolak karena tidak ingin merepotkan. Istri pertamanya itu memang menjadi lebih pendiam dan sering menghindar. Namun, Mahesa tak ambil pusing sebab ia merasa justru lebih baik seperti itu. Mahesa kurang suka jika Yasmin sudah bersikap posesif padanya. "Mau pulang bareng?" tawar Mahesa pada Yasmin setelah ia mengantar mertuanya pulang dan memastikan Wijaya beristirahat. "Enggak. Aku masih ada urusan. Mas Hesa pulang duluan saja." Karena Yasmin tahu suaminya mencemaskan Gayatri. Yamin menyaksikan saat Mahesa tak henti berbalas pesan dengan istri keduanya tersebut, sedangkan ia duduk tepat di samping Mahesa. Ah ... rasanya Yasmin malas pulang. Lebih baik ia nongkrong di cafe untuk menghilangkan penat dan beban pikiran, daripada menyaksikan kemesraan suami dan adik madunya di rumah. "Kalau begitu aku duluan. Jangan pulang terlalu malam." Yasmin mengangguk saja. Memperhatikan Mahesa yang memasuki mobil dan mulai melajukannya keluar dari gerbang rumah. Tidak ada bujukan dari Mahesa. Pria itu benar-benar hanya berbasa-basi sebab merasa tidak enak pada sang istri. Alunan musik yang Yasmin dengar membuatnya sedikit relaks. Secangkir espresso yang ia pesan telah tandas, tetapi Yasmin belum berniat untuk pulan, padahal hari sudah menjelang petang. Biarlah ia pulang malam, toh tidak akan ada yang mencemaskan. Mahesa dan Gayatri justru pasti senang sebab mereka bisa bebas berduaan di rumah, begitu pikir Yasmin. "Yasmin?" Yasmin tersentak. Menoleh ke asal suara, matanya membelalak melihat pria yang seharusnya berada di luar kota kini sudah berada di depannya. "Miko? Kamu kok bisa ada di sini?" Yasmin sedikit panik. "Kenapa? Kaget?" Pria bernama Miko menyeringai. Tanpa dipersilakan, ia duduk di depan Yasmin. "Bukannya seharusnya kamu di Bandung? Kenapa--" "Aku tidak betah di sana, Yas. Selain karena sepi, aku juga kangen kamu," ujar Miko dengan menatap lekat Yasmin, wanita yang sejak dulu ia sukai, tetapi sayang lebih mencintai Mahesa. Yasmin makin cantik di mata Miko. Baginya, Mahesa adalah pria bo doh yang menyiakan wanita secantik ini, dan lebih memilih Gayatri. "Bagaimana pernikahanmu dengan Mahesa? Apa kalian bahagia?" Miko berpura-pura tidak tahu, padahal sebenarnya ia menyelidiki Yasmin lewat beberapa orang teman di kota itu. Yamin tidak bahagia, Miko tahu semuanya, termasuk pernikahan Mahesa dengan Gayatri beberapa Minggu lalu. "Aku dan Mas Hesa baik-baik saja." "Benarkah?" Miko mengepalkan tangan di bawah meja. Yasmin masih saja menutupi kejadian yang sebenarnya. "Tentu saja. Kami bahagia. Mas Hesa sangat mencintaiku." Miko tersenyum miris. Akting Yasmin sangat buruk bagi wanita yang sedang berpura-pura bahagia. "Baguslah kalau begitu. Berarti usaha kita memisahkannya dengan Gayatri tidak sia-sia. Mahesa membenci wanita itu setelah melihat dia tidur denganku, dan kamu memanfaatkan kesempatan dengan baik untuk menjadi Nyonya Mahesa Hendrawan." "Jangan bahas itu lagi, Miko! Aku ingin melupakan kejadian itu!" sergah Yasmin sedikit panik. "Aku pulang dulu. Maaf aku tidak bisa mengobrol lebih lama denganmu. Mas Hesa pasti sudah menungguku di rumah," sambungnya seraya berdiri dan meninggalkan Miko yang menatapnya sendu. "Aku antar kamu pulang. Jam segini taksi online agak jarang." Yasmin kembali terperanjat. Miko sudah berdiri di sampingnya yang sedang menunggu taksi online pesanannya. "Gak usah." "Ayolah, Yasmin. Aku janji tidak akan membahas masa lalu lagi," bujuk Milo tak ingin menyerah. Ia masih merindukan Yasmin setelah hampir dua tahun mereka tidak bertemu. Yasmin akhirnya pasrah. Ia mengikuti Miko memasuki mobil pria itu yang terparkir di depan cafe. Setiap pertanyaan dari Miko hanya Yasmin tanggapi sesekali. Entah mengapa ia menjadi tidak nyaman berdekatan dengan pria yang dulu pernah menjadi sahabatnya itu setelah Miko mengungkapkan isi hati dua tahun lalu. "Kok berhenti di sini? Rumah aku masih jauh, Mik." Yasmin menatap sekeliling. Jalanan cukup sepi dan ia makin tidak nyaman dengan tatapan Miko yang seakan mengulitinya. "Aku tidak suka kamu terus berpura-pura bahagia, Yasmin." "A-apa maksud kamu?" Yasmin tergagap. Jangan sampai Miko mengetahui kondisi pernikahannya dengan Mahesa selama ini. "Aku tahu kamu tidak bahagia. Mahesa sering mengabaikan kamu dan sekarang dia menikahi Gayatri. Aku tahu semuanya, Yasmin," tekan Miko. Yasmin terperangah. Dengan cepat memalingkan wajah ketika Miko mendekat dan mencoba menyentuh pipinya. "Aku sangat mencintaimu, Yas. Aku tidak rela kamu disakiti Mahesa. Berpisahlah dengannya dan menikah denganku. Aku janji akan membahagiakan kamu." Tubuh Yasmin gemetar ketika Miko makin memangkas jarak. Tidak ada ruang untuk menghindar sebab Miko mengunci pergerakannya. "Jangan macam-macam, Mik! Atau ... atau aku akan teriak!" Miko terkekeh. Sikap Yasmin yang seperti itu membuatnya makin tertantang. "Ayolah, Sayang. Aku tahu kamu merindukan sentuhan seorang pria. Mahesa belum pernah menyentuhmu, kan? Ah, dia memang bo doh. Dia mengabaikan istri secantik kamu." "Miko!" Yasmin menjerit saat Miko berusaha menyergap bibirnya. Sekuat tenaga menahan d**a pria itu yang terus mendesak. Tidak! Yasmin tidak ingin disentuh pria lain selain Mahesa. Ia terus memberontak hingga lututnya berhasil mendarat di se lang kangan pria itu. Miko mengumpat dan cengkramannya pada bahu Yasmin terlepas. Tidak ingin menyiakan kesempatan, Yasmin bergegas membuka pintu mobil yang beruntung tidak dikunci. Yasmin berlari sekencang mungkin. Mengabaikan teriakkan Miko yang juga keluar dari mobil. Ia harus sembunyi dan menghubungi Mahesa agar pria itu datang menjemputnya. Semoga saja kali ini Mahesa mau mengangkat panggilan darinya. Namun sayang, harapan Yasmin sia-sia. Orang yang ia harapkan justru sedang berbagi kenikmatan dengan Gayatri hingga mengabaikan ponselnya yang tak henti berdering. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN