Arga masuk ke ruang tamu dengan langkah yang terasa berat. Tubuhnya basah kuyup, entah karena hujan atau karena keringat kecemasan yang belum juga reda di sekelilingnya. Jaket yang melekat di tubuhnya mengeluarkan aroma lembap menusuk, bercampur dengan hawa dingin pada malam itu. Alya yang sejak tadi menunggu di ruang tamu refleks berdiri. Jantungnya berdegup semakin kencang. Ia ingin bicara, tapi lidahnya terasa kelu, seolah ada beban besar yang menahan kata-kata untuk keluar dari mulutnya. “Kenapa kau pulang larut begini?” akhirnya suara itu meluncur juga, pelan tapi sarat dengan tuduhan. Arga berhenti, menatap Alya sekilas. Pandangan matanya lelah, tapi juga tajam, seakan ingin menyampaikan sesuatu tanpa harus berkata-kata. Ia menghela napas berat, lalu menjatuhkan tubuh ke sofa. “A

