Malam sekarang terasa begitu panjang. Alya duduk di ujung ranjang, memeluk lutut, sementara Adrian sudah tertidur pulas di pangkuannya. Suara ketukan di pintu masih terngiang di kepalanya. Ia tidak berani membuka, takut melihat siapa yang berdiri di balik sana. Namun satu hal yang ia tahu, firasatnya mengatakan sesuatu yang besar akan segera terjadi. hingga keesokan paginya, cahaya matahari masuk lewat celah jendela. Alya terbangun dengan kepala berat. Di meja rias, ada secarik kertas yang entah sejak kapan berada di sana. Tangan gemetar, ia meraih kertas itu. Tulisan tangan Nadira, jelas sekali. "Kita harus bicara. Hari ini. Jangan coba menghindar." Alya langsung menelan ludah. Jantungnya berdebar begitu kencang hingga ia merasa bisa mendengarnya sendiri. Ia menatap ke arah Adrian yang

