Part 82. Thinking Over

1837 Kata

Bisa kembali ke rumah setelah seharian berkutat dengan pekerjaan yang seperti tidak ada habis-habisnya, seolah memberi Naya kesempatan untuk bisa menghirup udara dengan leluasa. Membuka pintu rumah, disambut tawa sang putra. Tidak ada yang lebih baik ini—batin Naya. Melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah—sang putra sedang duduk di atas karpet dengan beberapa mainan di depannya. Beberapa di antaranya adalah mainan yang dibelikan oleh sang Papa, dan dibawa langsung pria itu ke rumahnya. Naya sudah lelah, hingga membiarkan saja pria itu melakukan apa pun yang ia mau. Mendatangi rumahnya tiba-tiba, sudah hal biasa. Hingga tiap ada suara ketukan di pintu, Naya hanya bisa menghela hafas lelahnya. Entah Abi, atau Alka yang datang. Ia sudah bisa memastikannya. Seperti saat ini, kedua alis wanita

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN