Selena melihat ke kursi belakang mobil. Putranya yang sudah duduk dengan tablet yang ada di tangan putranya menonton hitungan dan juga angka-angka yang menurut Selena lebih baik dibanding putranya itu bermain game. “Jaden, kamu siap sayang?” tanya Selena, menatap Jaden yang sekarang menatap padanya. Jaden mengangguk. “Siap! Nanti kita bisa melihat rumah yang mau kita beli ya, Ma. Pa! nanti rumahnya bisa Jaden pilih mana yang bagus, ‘kan?” tanya Jaden. Gibran mendengar pertanyaan bocah kecil tersebut tertawa kecil. Lalu dia mengangguk. “Bisa sayang. Itu akan menjadi rumah Jaden juga. Bisa Jaden pilih mau yang mana rumahnya nanti.” ucap Gibran lembut. Jaden mendengar apa yang dikatakan oleh Gibran melebarkan senyumannya. Lalu memperlihatkan giginya yang sudah mulai ompong pada Gibran