Tangannya mengepal perlahan di sisi tubuhnya, lalu mengendur, seolah sedang menikmati kejujuran yang akhirnya ia ucapkan. "Aku memang jahat." Dia duduk di ujung ranjang, menatap bayangannya di kaca lemari dengan kepala sedikit miring. Wajahnya masih cantik, meski lebih pucat dan terlihat lebih lelah dari biasanya. Tapi itu tidak menghapus sorot tajam matanya. ‘Aku muak berpura-pura jadi teman baik, jadi si penghibur di saat Lyora menangis. Aku muak jadi bayangan, jadi figuran dalam cerita hidupnya yang sempurna.’ Bibir Talita mulai bergetar pelan, namun bukan karena tangis. Melainkan karena gairah aneh yang dibalut amarah. Sebuah hasrat untuk menang—apa pun bentuknya. ‘Aku selalu berdiri di belakangnya, mengangguk pada kebijaksanaannya, memuji prestasinya, mendengar curhatnya tentang F