Teleconference selesai. Gue berdiri, hawanya pengen langsung lari ke pos keamanan. Tapi, ditahan Papi. “Duduk dulu, A!” titah beliau. Gue menurut, hening mengisi, hanya suara derai hujan yang jelas terdengar. “Papi telpon Om Tommy dulu. Mau nyuruh orang cek ke rumah itu. Jangan keamanan, apalagi Aa. Ngga ada gunanya kalau benar Wolfy di sana. Nanti ada yang patah lagi rusuknya.” Iya juga sih! Papi meraih ponselnya, menekan tombol panggil di nomor pengacara kami. Begitu masuk nada sambung, tombol pengeras suara beliau ketuk. “Ya, A?” sapa Om Tommy, ke Papi. “Sudah tidur ya Bang?” “Belum. Opung-opung ya begini, waktunya tidur malah segar, harusnya melek malah teler.” Papi terkekeh. “Ada apa?” tanya Om Tommy lagi. Papi pun menceritakan sedetail mungkin tentang kemajuan penyidikan