"Begitu rupanya," lirih pelan Citra setelah ia mendengar cerita yang begitu panjang tersebut. Ia melirik arloji yang menempel di tangan Bryan, menilik waktu yang sudah mereka habiskan untuk duduk dan bercerita. Pukul satu dinihari. Netranya beralih ke wajah pria tersebut, rahangnya yang tegas kini terlihat jatuh dan tak bersemangat. Entah dorongan darimana, tangan mungilnya bergerak untuk menyentuhnya. Kaget dengan sentuhan yang tiba-tiba datang, Bryan mengedipkan matanya karena sengatan listrik statis yang menyerang syaraf otaknya karena Citra. "Kenapa?" "Kau terlihat sangat tidak bersemangat. Harusnya kau senang, kau bertemu dengan cinta pertamamu kembali. Namun lihatlah wajahmu, sangat kurus dan jelek." Citra menurunkan tangannya, memaksakan tawa ringan yang sebenarnya tidak ingin i

