Bryan membolak-balik tubuhnya di atas kasur. Meski merasa sangat lelah, pikirannya tetap terjaga. Ia masih kepikiran dengan obrolannya bersama dokter yang merawat Citra siang tadi di rumah sakit, ketika Bryan menyempatkan waktu untuk mengunjungi Dr. Rehan, dokter yang merawat Citra sekaligus teman dekatnya.
"Kemungkinan untuk bisa hamil dengan sempurna di bawah 20 persen, namun itu memiliki resiko pada tubuh sang ibu. Pikirkan Bry, siapa yang lebih penting saat ini untukmu. Apakah istrimu atau calon jabang bayimu yang belum tentu akan lahir, aku bukannya ingin memutus harapan kalian, lebih baik menjaga agar tidak terjadi hal-hal diluar perkiraan."
Ucapan Rehan membuatnya menjadi uring-uringan. "Apa aku harus merelakannya?"
Di tengah perasaannya yang bimbang, pintu kamarnya terbuka, mena
