Kinanti kaget dengan apa yang dikatakan oleh suaminya . Dia tidak menyangka kalau Devan akan menyuruhnya berhenti bekerja tepat di saat dia sedang mendapatkan posisi kerja yang sudah lebih baik.
Kinanti menghelanafasnya sedikit kasar berusaha untuk meredam emosinya. Ya, di saat seperti ini Kinanti memang tidak boleh mengikuti emosinya untuk melawan Devan, karena hal itu akan membuatnya semakin terjepit.
‘Dasar laki-laki egois, maunya menang sendiri aja,’ gerutu Kinanti dalam hati.
“Pa, kamu kok gitu sih. Aku kan cuma pengen kerja, bukan berarti aku melalaikan kalian. Iya deh aku minta maaf, soalnya mungkin tadi aku capek banget terus aku kebawa emosi. Maafin aku ya, Pa,” ucap Kinan dengan nada yang lebih terdengar lembut.
“Aku gak butuh maaf kamu. aku cuma butuh kamu sadar tentang posisi kamu di rumah ini, Ma. kalau cuma masalah pekerjaan, itu bisa aku atasi sendiri. Selama ini kalian gak pernah kekurangan kan, jadi kalau urusan kamu alesan sibuk bekerja, aku gak akan terima. Apalagi sampai kamu melupakan Rafa, aku kesel banget pasti,” Devan masih berusaha tegas pada istrinya.
“Iya Mas, aku ngerti. Maafin aku ya. Sus, nanti bawa Rafa ke sini ya, saya pengen nyusuin dia langsung,” panggil Kinan pada baby sitter anaknya itu.
“Sebentar Bu, ini Rafa lagi poop, jadi saya tuntasin dulu ya sebentar biar Ibu juga bisa makan dulu,” jawab Anna menjelaskan tentang kondisi Rafa yang saat ini sedang ada dalam pangkuannya.
“Kamu bersihkan dulu sana Sus, nanti iritasi lho pantatnya kalau gak buru-buru membersihkan,” Kinanti mencoba perhatian kepada putranya itu.
“Iya Bu, saya bawa Rafa ke atas dulu ya,” ucap Anna sekaligus berpamitan kepada Devan dan Kinanti.
Devan merasa senang karena istrinya ini sudah kembali seperti dulu lagi. Kinanti memang terkadang keras kepala sampai Devan harus marah dulu kepadanya agar istrinya itu bisa kembali ke jalan yang benar.
Kinanti memang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. bahkan di awal dia melahirkan, Kinanti sempat terserang Baby blues sehingga dia tidak ingin bertemu dengan Rafa. Namun untungnya saat ini baby blues itu semakin mereda meskipun terkadang Kinanti masih tidak ingin berdekatan dengan putranya itu.
Namun Devan masih tetap berusaha untuk mendekatkan Kinanti dengan anak mereka. Dia selalu mengabadikan momen kebersamaan Kinanti dengan Rafa agar Kinanti bisa melihatnya terus.
Kinanti terpaksa melaksanakan apa yang diinginkan oleh suaminya. dia selalu melakukan hal ini untuk mengambil hati suaminya lagi agar tetap diizinkan bekerja. Kinanti sudah terlanjur menyukai pekerjaannya dan dia tidak ingin berhenti dari pekerjaanya itu sampai kapan pun.
“Baru jadi pengusaha biasa aja udah belagu banget, nyebelin banget sih. Berapa sih sebenarnya uang yang kamu kasih buat aku? Belum punya uang banyak aja udah sombong!” gerutu Kinanti sambil menjalankan mobilnya menuju ke kantor.
Kinanti sangat kesal pada suaminya yang dianggapnya terlalu semena-mena. Kinanti menganggap Devan menghalangi karir dan juga kebebasannya selama ini. Mereka berdua memang menikah hasil dari perjodohan, namun pernikahan mereka juga bukan merupakan pernikahan yang singkat.
Kinanti dan Devan sudah menikah selama 3 tahun dan baru di tahun kedua Kinanti dinyatakan hamil. Tentu saja Devan menjadi lebih sayang kepada Kinanti setelah Kinanti bersedia untuk mengandung anaknya setelah penolakan Kinanti pada dirinya selama hampir satu tahun di awal pernikahan mereka.
“Pagi Bu Kinan, Ibu mau ketemu sama Pak Bastian ya?” sapa Nindy sekretaris Bastian atasan Kinan di kantor tempat Kinan bekerja.
“Iya, Pak Bastian lagi gak ada tamu kan?” tanya Kinanti ingin memastikan.
“Gak ada, Bu. Pak Bastian baru saja kembali dari ruang meeting.”
“Ya udah, kalau gitu saya masuk dulu,” ucap Kinanti yang segera masuk ke dalam ruangan Bastian tanpa permisi lagi.
Kinanti langsung berdiri di depan meja kerja Bastian sambil cemberut dan memasang wajah manja pada atasannya tersebut. Dia ingin melepas rasa kesalnya pada Devan yang dia dapatkan pagi ini.
“Lho kok udah cemberut lagi sih. Kamu kenapa lagi, Sayang,” ucap Bastian menyambut kekasihnya.
“Aku lagi sebel sama Devan. Masa dia nyuruh aku berhenti kerja cuma karena aku gak perhatian sama Rafa. Nyebelin banget kan? Emang sih dia selama ini topang biaya di rumah, tapi kan aku juga bisa hidupin diri aku pakai uang aku sendiri gak nyusahin dia kok,” Kinanti semakin kesal pada Devan dan melampiaskannya pada Bastian.
“Ya ampun ... kirain bakalan happy habis jalan-jalan bareng aku. Ternyata kok malah masih cemberut lagi. Sini sayang, duduk sini dulu. Biar kamu lebih tenang,” ucap Bastian sambil memundurkan kursi kerjanya lalu menepuk pahanya agar Kinanti bisa duduk di pangkuannya.
Kinanti yang merasa kesal pada Devan segera saja masuk ke dalam pangkuan kekasihnya itu. Bastian memang mantan kekasih Kinanti yang gagal menikahinya dan mereka memutuskan untuk kembali berhubungan setelah Kinanti melakukan pernikahannya beberapa bulan dengan Devan.
Bastian langsung mengunci pinggang Kinanti agar wanita itu tidak jatuh dari pangkuannya. Bastian menciumi pipi Kinanti sampai ke lehernya yang jenjang itu untuk meredam amarah dari sang kekasih. Dia membasahi leher Kinanti dengan lidahnya yang selalu berhasil membuat Kinanti terbuai.
“Mas, kamu jangan kayak gitu lah. Aku lagi kesel kok malah diciumin gini sih,” keluh Kinanti berusaha untuk membuat Bastian sedikit menjauh dari dirinya.
“Ya habisnya kamu marah-marah mulu sih. Biasanya Kamu paling cepet diilangin keselnya tuh dia pakai cara kayak gini. Udah sayang, gak usah dipikirin itu. Pokoknya kalau dia udah marah-marah, kamu baik-baikin aja dia,” ucap Bastian sambil meremas buah d**a Kinanti dari luar bajunya.
“Tapi aku pengen segera kamu nikahi, Mas. Aku udah gak mau lagi sama si Devan. Enak aja dia sok pemerintah aku, emang siapa dia berani main perintah,” Kinanti makin kesal saat mengingat Devan.
“Sabar dulu dong, Sayang. Di rumahku juga masih ada Sarah yang gak bisa aku ceraikan gitu aja kan. udahlah ... yang penting kita masih bisa menjalani hubungan ini. Toh selama ini kita juga baik-baik aja kan,” ucap Bastian sambil terus mencumbui Kinanti.
Lagi-lagi kenyataan pahit harus ditelan Kinanti. Kekasih hatinya itu masih berat pada istrinya saat ini, meski cinta Bastian sudah dia dapatkan.
***
Hari ini Devan pulang lebih cepat dibandingkan hari lainnya. Entah kenapa hari ini dia merasa badannya sedikit tidak enak sehingga Devan memutuskan untuk bekerja dari rumah saja.
Devan masuk ke dalam rumahnya dan mendapati rumah dalam keadaan sepi. Sepertinya Mbok Darmi sudah pulang dan mungkin Anna sedang ada di kamar bayinya. Di rumah ini memang ketika sore hari hanya tinggal Anna dan Rafa saja, karena Mbok Darmi akan pulang tiap jam 4 sore. Biasanya Anna akan mengajak Rafa bermain sambil menunggu Devan dan Kinanti pulang dari kantor.
“Sepi banget ya, si Ana lagi di kamar Rafa kali ya,” ucap Devan sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok wanita muda yang menggodanya tadi malam.
“Aku lihat Rafa dulu lah di atas, siapa tahu anakku belum tidur,” ucap Devan sambil meletakkan tas kerjanya di sofa lalu berjalan menuju tangga untuk naik ke lantai 2.
Devan berhenti sejenak di depan kamar anaknya sebelum dia membuka pintu berwarna putih itu.
“Bentar dulu ah, aku dengerin dulu, siapa tahu Anna lagi merintih lagi di dalam. Bisa konak aku nanti kalau dia ngerintih lagi,” ucap Bastian mengantisipasi lalu segera menempelkan telinganya di daun pintu.
“Aman, sepi gak ada suara aneh. Berarti dia lagi gak ngapa-ngapain.”
Devan segera membuka pintu kamar Rafa dan berjalan masuk. Devan sengaja menutup pintu sedikit kencang agar Anna bisa mendengar kedatangannya.
“Rafa ... anak papa mana ya, Rafa,” panggil Devan sambil berjalan masuk ke dalam kamar Rafa.
“Lho kok sepi. Rafa lagi tidur, terus si Anna ke mana?” tanya Devan pada dirinya sendiri ketika mendapati putranya sedang tertidur gelap di dalam box bayi namun Anna tidak ada.
Namun beberapa saat kemudian Devan mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi yang ada di kamar Rafa. Devan pun menganggukkan kepalanya beberapa kali tanda dia mengerti kalau Anna ada di dalam kamar mandi saat ini.
“Anak Papa lagi bobo, pasti perutnya kenyang ya. Ini botol susunya sampai kosong gini,” ucap Devan sambil melihat putranya yang tertidur gelap dalam box bayi.
Ceklek.
Pintu kamar mandi terbuka. Mata Devan spontan melihat ke arah kamar mandi yang letaknya tidak begitu jauh dari box bayi putranya. Mata Devan membulat lebar dan mulutnya menganga ketika dia melihat Anna keluar dari dalam kamar mandi.
“Eeh ... ada Pak Devan, jadi malu saya,” ucap Anna yang terkikik kaget lalu dia masuk lagi ke dalam kamar mandi.