Suasana di kamar Devan terasa sedikit tegang dan menakutkan bagi Anna. Sorot mata yang dilemparkan oleh Santi dan juga Devan terasa sangat berbeda dari biasanya. Nyali Anna sampai sedikit menciut karena melihat mereka berdua. Anna tidak berani menatap mata Santi yang terasa lebih menakutkan dibandingkan mata Devan. Namun sorot mata Devan juga tidak bisa sehangat biasanya. Oleh sebab itu Anna lebih memilih untuk menundukkan kepalanya saja daripada dia harus bingung menebak apa yang sebenarnya terjadi antara ibu dan anaknya itu. “Ada siapa An di depan?” tanya Devan memecah kesunyian. “Itu Pak, ada sopir kantornya, Bapak. Katanya mau datang buat ambil meja gambar sama peralatannya, Bapak,” jawab Anna memberitahu Devan siapa tamu yang mencari majikan sekaligus kekasih hatinya itu. “Oh iya