Marisa mengangguk pelan. "Mereka masih merasa kalau aku nggak pantas jadi istrimu. Mbak Hafsah lah yang lebih sesuai." "Yang nikah siapa yang ngomong juga siapa. Nggak usah pedulikan. Sekarang biar Mbak Siti saja yang belanja." "Jangan. Aku mau mengurus semua kebutuhan suamiku sendiri. Kalau aku masih sempat belanja sebelum kita berangkat kerja, biar aku sendiri yang belanja. Mas, jangan khawatir, lama-lama aku akan terbiasa dengan omongan mereka. Nanti mereka juga bakalan capek sendiri lalu diam," jawab Marisa sambil tengadah memandang sang suami. Dia juga menceritakan waktu pulang tadi sempat ditawari tumpangan oleh Pak Kyai tapi ditolaknya. "Habis itu kamu pulang naik apa tadi?" "Naik angkot." "Kenapa nggak naik taksi. Mas sudah bilang kalau Mas nggak bisa jemput, kamu pulangnya

