“Oh jadi ini rumah istri seorang Argio Pradjuna Pradana. Aku nggak tahu kalau selera Argio sekarang berubah jadi kayak gini.” ”It’s my house—no actually it’s my parent’s. Nggak ada hubungannya sama Argio.” Aku membuka pintu lebih lebar agar wanita di hadapanku yang masih menggunakan sunglassesnya itu bisa masuk. “Lalu apa maksud kamu dengan ‘kayak gini’?” Silvania masuk sambil mengekoriku. Aku mempersilahkannya duduk di sofa ruang tamu. Ia meletakkan tasnya sebelum kemudian melepaskan sunglasses yang ia kenakan dan duduk. Kami bertatapan lebih jelas kali ini. ”Maksudnya ‘kayak gini’ tuh adalah tipikal rumah homey, jangan salah tangkap. Karena seingatku Argio itu lebih suka tipikal rumah minimalist. Aku nggak bermaksud meledek rumah kamu atau apapun.” Aku tidak menanggapi penjelasannya