Pagi itu Clarissa membuka mata perlahan, menatap kearah jendela kamarnya yang masih samar diterpa cahaya matahari yang menyelinap dari sela tirai. Kepala terasa berat, tapi tidak seburuk kemarin. Ia menarik napas dalam - dalam, mencoba menenangkan denyutan halus di pelipisnya. Hening sekali, hanya suara burung di luar jendela dan kendaraan yang sedang melintas di area rumahnya.
Ia menoleh ke arah meja kecil di sisi ranjang, tempat segelas air dan dua butir obat cadangan yang masih tergeletak. Clarissa sempat berpikir untuk menelan satu lagi, tapi ia urungkan niatnya. "Nanti aja," gumamnya pelan. "Belum sarapan."
Pelan - pelan ia bangkit dari tempat tidur, melangkah ke kamar mandi. Sambil menyikat gigi, pandangannya tertumbuk pada wajahnya di cermin. Wajah yang dulu selalu tampak segar da
