Sedih Tapi Lega

2203 Kata

Begitu pintu depan tertutup, rumah keluarga Safira kembali tenggelam dalam keheningan. Suara pintu pagar yang bergeser terdengar sayup di luar, tapi di ruang tamu, udara seolah membeku. Mama Safira masih duduk di sofa, wajahnya pucat dan tegang, sementara Papa Benny hanya menatap kosong ke arah meja, tempat gelas teh yang tak lagi tersentuh meskipun isinya masih ada separuh. Clarissa berdiri mematung di dekat tangga, seperti seseorang yang baru saja kehilangan keseimbangan hidupnya. Wajahnya murung dan Matanya agak sembab, bukan hanya karena karena tangisnya ketika mereka berpisah tadi dan sampai sekarang, tapi juga karena rasa malu dan perih yang menyesakkan d**a. "Udah," suara Papa akhirnya terdengar, dalam tapi berat. "Nggak usah nangis lagi, Risa. Udah cukup." Clarissa mengusap mata

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN