Interogasi 2

1709 Kata

Mama Jani masih memijat dahinya yang sebenarnya tidak sakit, tapi entah kenapa terasa berat. Kepalanya penuh. Ia menarik napas panjang, lalu menatap anak sulungnya yang masih menunduk. "Jadi sekarang Aa’ mau bilang apa lagi?" suaranya dingin. "Bisa nggak kalau semua ini mama anggap cuma khilaf?" Bian menggeleng pelan. "Nggak, Ma. Aku sadar sepenuhnya. Aku nggak khilaf." Mama Jani menegakkan tubuh. "Kalo nggak khilaf terus apa? Tetap ngotot mau bilang ini cinta? Cinta sama tantenya tunangan sendiri, gitu?!" Nada suaranya meninggi. Bian hanya diam. Ia tahu setiap kata yang keluar dari mulutnya bisa memperburuk keadaan. Tapi diam pun terasa sama buruknya. "Jawab, A’!" bentak Mama Jani. "Jangan cuma diam kayak gitu!" Pantas saja Mama Jani meminta mereka ngobrol di dalam kamar, ternyata i

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN