Asa berdehem pelan. Ia melangkah dengan gugup ke ranjang Bumi. Sedetii lalu, pria itu tampak sedang menatap tablet dan kini ia meletakkan gawainya di nakas. Asa duduk di tepi ranjang Bumi lalu meletakkan baki berisi makanan. "Wah, kayaknya enak banget sarapan kita, Sa." Bumi tersenyum lebar. Ia mengulurkan tangannya untuk membelai pipi Asa. "Makasih, Sa. Kamu selalu siapin makanan yang lezat buat aku." Asa meringis. "Buat aku juga ini." "Iya, kita makan bareng." Bumi mengambil kopinya. "Harum banget kopi buatan istri aku, bikin makin semangat deh." "Masih panas, pelan aja, Mas. Takutnya perih," kata Asa memerhatikan bibir Bumi. "Udah sembuh. Kan udah dapat obat lagi dari kamu," tukas Bumi dengan alis menaik. "Dih, Mas gitu. Aku jadi malu," ujar Asa tertunduk. "Nggak usah malu, Sa."