Patah

1989 Kata

Salwa kini berada di dalam puncak kesedihan. Hatinya mulai lelah, sementara bibirnya tak sanggup berkata sepatah katapun dan semua rasa bercampur menjadi satu dalam sebuah tangisan yang menggambarkan betapa dalamnya luka yang dirasakannya. Kepergian sang ayah 3 hari yang lalu membuatnya terpuruk— kini luka yang dirasakannya bertambah ketika sang suami membawa sekretarisnya tinggal bersama dengannya. Rumah tangga yang diimpikannya hanya sebatas khayalan. Romantis menjadi sedih, kebahagiaan menjadi penderitaan, dan kepedulian yang diharapkan oleh seorang istri sebatas keinginan terpendam. Doa yang dilangitkan setiap malam oleh Salwa seolah kembali dalam keadaan kosong. Meski air mata terkuras habis namun tak ada perubahan yang berarti dari sikap sang suami. “Danila sedang sakit, Salwa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN