Salwa terbangun karena merasakan haus, dan tenggorokannya terasa sakit— dia mencoba mengambil gelas yang ada di atas nakas sendiri tapi kepalanya berputar-putar hingga pada akhirnya kembali berbaring. Helaan nafas Salwa mengalihkan atensi Jiva yang sedang fokus pada layar laptop. Jiva pun bergegas beranjak dari sofa lalu berjalan menghampiri ranjang. Bude Ulfa harus ke toko kue karena ada calon pengantin yang ingin mendiskusikan kue pernikahan. Beliau menitipkan Salwa pada Jiva— kebetulan keponakannya sedang tidak pergi ke kantor. “Butuh apa, Salwa?” Suaranya berat, tetapi terdengar lembut. Jiva sedang berusaha membuat nyaman wanita yang kini menghindari tatapannya. “Selama Bude ke toko— aku yang akan menemanimu. Jadi, semua yang kamu butuhkan katakan saja padaku.” Salwa percaya jik

