Luna merasakan jantungnya berdebar kencang, kegugupan mencengkeramnya saat sadar bahwa Drake yang menegurnya dengan suara berat itu. Secepat kilat, ia bangkit dari duduknya dan memberi hormat kepada bosnya tersebut. "Maaf, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan suara lirih, berusaha mengendalikan perasaannya. "Kamu sudah istirahat, 'kan? Kenapa masih di dalam? Kenapa kamu tidak langsung keluar dan beristirahat?" ujar Drake dengan nada tegas. Hatinya merasa terombang-ambing antara ingin menjelaskan alasannya dan takut menambah kemarahan bosnya. "Oh, iya Pak, maaf. Tadi pacar saya menelpon, jadi saya jawab dulu teleponnya." Luna mencoba menjelaskan situasinya dengan lemah. Tetapi Drake malah menjawab dingin, "Itu bukan urusan saya! Jadi, karena ruangan ini sudah kosong dan tingg