Arabela memicingkan matanya, berharap Rangga hanya bercanda. Gadis itu menyunggingkan senyum sinis dan kembali memusatkan perhatian pada sosok culas di hadapannya. Laki-laki itu memang menyebalkan, tapi Arabela masih membutuhkan bantuannya. Satu ciuman itu mungkin tidak berarti apa-apa bagi pria yang ia nilai sudah terbiasa memanfaatkan perempuan untuk melampiaskan hasratnya. Namun, ia tak bisa memberikan sembarangan pada pria jika ia tak menginginkannya. Meski ia akui, Rangga memiliki pesona fisik yang memikat. "Pergilah dari ruanganku!" gertak Arabela. Gadis itu beranjak. Namun seketika Rangga mendorong tubuh Arabela hingga menghimpit dinding. Arabela terperanjat, terlebih saat Rangga menatapnya begitu tajam. Tatapan yang melumpuhkan, hingga wanita itu tak berkutik. Rangga mendekatka

