Baru saja Bee akan melanjutkan sarapan paginya, seorang wanita cantik menghampiri. “Hallo Bee, masih ingat aku?” Anggit bertanya dengan suara lembut sambil duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Akbi. Bergerakan anggun, perempuan itu menopang satu kaki di kaki lainnya, menyandarkan tubuh membuat nyaman dirinya sebelum menghabisi Bee dengan kata-kata tajamnya yang setajam silet. “Oh ya, Mbak Anggit ya?” Bee menjawab dengan nada ceria bahkan ekspresi wajahnya nampak bahagia ketika berkata demikian. Bee memang sudah lama ingin berbicara dengan Anggit, meminta maaf dan memohon pengertiannya selama satu tahun ke depan meski ia tau bila Anggit telah menguarkan Aura permusuhan semenjak pertama kali mereka bertemu di butik bridal milik salah satu perancang busana terkenal. Kening Anggit mengk

