Di VIP lounge bandara Soekarno Hatta, Akbi nampak gelisah. Berkali-kali mengecek ponselnya lalu melirik jam pada pergelangan tangan setelah itu mendongak ke arah pintu berharap Anggit akan muncul. Namun sayang yang ditunggu tidak pernah datang. Jakarta yang seharian ini diguyur hujan membuat udara terasa dingin ditambah pendingin ruangan yang bekerja maksimal. Bee menaikan kakinya, masuk ke dalam selimut yang dipinjamkan pihak lounge bandara. Menarik selimut hingga menutupi hidung, matanya memperhatikan apa yang sedang Akbi lakukan. Berkali-kali Akbi mengusap wajah, menyugar rambut kebelakang dan berdiri kemudian duduk kembali. Hembusan nafas kasar pun sering kali lelaki itu keluarkan. Sebesar itu lah cinta dan harapan Akbi pada Anggit hingga bisa membuatnya frustasi. “Bi,” panggi

