Jam delapan pagi, Zia berpamitan kepada seluruh penghuni yayasan. Ucapan maaf dan terima kasih terus Zia layangkan ketika berpelukan dengan teman-temannya. “Zi, kalau kamu kerepotan ngurus Fariz dan usaha barumu nanti berhasil, panggil aku, ya. Aku bantu,” bisik Yuli saat keduanya berpelukan. “Ikut aku sekarang aja, sih, Mbak.” “Jangan. Nanti saja. Nggak enak sama Bu Farah kalau keluarnya barengan.” “Mbak Yuli yakin?” Yuli mengangguk. “Jangan lupain aku,ya, Mbak. Dan sampai kapan pun, aku nggak akan lupain Mbak. Kecuali kalau amnesia,” kelakar Zia sambil tertawa. Yuli memukul pelan punggung Zia, lalu mengurai pelukan. “Jaga diri baik-baik di tempat baru,” ujar Yuli sambil mengelus pipi Zia. Zia mengangguk. Zia lalu bersalaman dan berpelukan dengan semuanya. Ada pertemuan, ada per