Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Duduk sini, Al...” Tante Umi memersilakanku duduk di ruang tengah begitu aku datang. Seperti sudah tahu tujuanku datang hari ini, Tante Umi langsung bilang kalau saat ini Anna belum bangun karena semalam anak itu baru bisa tidur hampir jam tiga pagi. “Mau minum apa, Al?” tanya Tante Umi sembari berjalan menuju dapur, yang kebetulan terletak dekat sekali dengan ruang tengah. “Apa aja Tante, asal jangan kopi.” “Oke. Coklat mau?” “Boleh, Tante.” Aku merebahkan badanku di sandaran sofa, lalu membuka pesan di ponsel. Aku tersenyum lega ketika mendapat balasan pesan dari Pak Santo. Pak Santo bilang, beliau sudah menghubungi Pak Safar, orang yang bertugas menjaga ruangan CCTV. “Ma, nanti aku mau ikut Mas Aldika lagi ke kampus. Kalau dia udah datang, mi