Tania yang katanya pergi ke luar kota membesuk saudaranya, justru tergeletak di depanku. Getar ponsel di saku membuatku tersadar. Panggilan dari Ero kuabaikan. Aku meghela napas, lalu mengambil ponsel dan mengarahkannya ke jendela yang terbuka. Mengeluarkan kepala untuk memeriksa bagian samping rumah, tapi tidak ada jejak di tanah. Memeriksa sekitar kamar, aku mencari saklar lampu. Saat kunyalakan, barulah terlihat jelas kamar yang berantakan. Aku berniat memanggil 112, tapi tidak jadi saat kulihat Tania menggerakkan jemari. Mulutnya terbuka seolah mengatakan sesuatu. Aku mendekatkan telinga ke mulut Tania, lalu suara lirihnya mengatakan, "Pergi." Sebelum mencerna maksudnya, aku terpaku di tempat karena mendengar suara dari arah lemari di belakangku. Pembunuhnya masih di sini. Secepa