Bab 8

1140 Kata
“ Selamat pagi, Sayang! “ sapa seorang wanita dengan wajah cerianya, yang langsung disambut dengan kedua tangan yang direntangkan oleh Bian, hingga wanita itu langsung masuk ke dalam pelukan Bian. Mereka berdua berpelukan mesra, dan sekarang sudah terjawab Kenapa Bian berpenampilan begitu sangat istimewa, itu karena ada pertemuan dengan seorang wanita yang begitu sangat cantik dan terlihat sangat imut. Erik sendiri sangat kepo, ingin melihat secara langsung Seperti apa kebahagiaan sang tuan yang dirasakan saat ini, Saat berjumpa dengan Pujaan hatinya. Tapi sayang, Erik tidak bisa melakukan apapun atau bahkan menonton seperti yang dia inginkan, Karena posisinya sekarang pintu ruangan tertutup sangat rapat. Saat Erik sedang berjaga di depan pintu ruangan Bian, tiba-tiba Angga nyelonong begitu saja ingin masuk ke ruangan Bian dan dengan cepat Erik langsung menahan Angga, agar-agar tidak mengganggu sang tuan yang sedang bersama dengan kekasihnya. “ Maaf, Pak Angga. Pak Bian tidak bisa diganggu, karena sedang ada urusan penting di dalam, dan pertemuan kali ini, Pak Bian sangat mewanti-wanti saya agar tidak ada yang mengganggunya sekalipun orang rumah yang ingin menemui beliau, termasuk anda.” Ujar Erik menahan Angga, membuat kening Angga langsung berkerut karena ia tidak pernah mendapat larangan apapun dari Bian saat ingin bertemu dengannya. Dan Ini pertama kalinya Angga dilarang masuk ke dalam ruangan Bian, membuat Angga sangat penasaran sebenarnya siapa tamu yang dianggap penting oleh sang papa. “ Berapa lama aku harus menunggu Papa?” tanya Angga. "Saya tidak bisa memastikan Pak Bian Butuh waktu berapa lama dengan tamunya, karena Pak Bian tadi cuma berpesan agar tidak ada yang mengganggu beliau sampai beliau selesai dengan urusannya.” Jawab Erik yang membuat Angga merasa kesal karena Angga datang ke kantor Sang Papa itu karena ada urusan yang sangat penting. “Kalau, kabari saya saja nanti kalau Papa sudah selesai dengan pertemuannya, atau kalau bisa, beritahu Papa kalau aku datang. " Ujar Angga yang langsung pergi tanpa harus menunggu tanggapan dari Erik. Entah kepentingan apa yang ingin dibicarakan oleh Angga terhadap Bian, yang jelas selama Angga menunggu kabar dari Erik, Angga terlihat sangat tidak tenang. Angga di kantor merasa tidak fokus bekerja, karena setiap detik atau bahkan setiap saat, Angga mengecek ponselnya, berharap ia dapat kabar dari Erik, kalau sang Papa sudah selesai dengan urusannya. Namun sayang, hingga menjelang makan siang bahkan sampai sore, Angga tidak mendapat kabar apapun dari Erik, yang entah apa karena Erik itu lupa dengan pesannya agar memberinya kabar kalau urusan sang papa selesai, atau memang urusan sang Papa yang memang belum selesai hingga Erik tidak bisa memberinya kabar. Karena Angga terlalu lama menunggu kabar dari Erik, dan waktu juga sudah waktunya pulang, akhirnya Angga memutuskan untuk pulang saja, dan memilih menunggu sang Papa di rumahnya, karena Angga juga sudah mengirim pesan pada Bian Kalau iya ada hal penting yang ingin dibicarakan. Sesampainya di rumah, Angga melihat Amel sudah selesai menata makan malam untuk dirinya, dan terlihat sangat jelas kalau Amel merasa kelelahan. “ Kalau capek istirahat saja, tidak perlu menungguku sampai aku makan. Nanti aku bisa makan sendiri. " Ujar Angga sebelum menaiki anak tangga untuk ke kamarnya. Amel yang mendengar ucapan Angga meski Terdengar sangat Ketus, namun Amel tetap merasa senang, karena secara tidak langsung Angga memperlihatkan kepeduliannya terhadapnya saat melihat dirinya kecapekan. Amel pun menyusul Angga ke kamarnya mencoba untuk menarik perhatian Angga, berharap Angga bisa melihat ke arahnya, dan kalau setiap hari Angga selalu memberi perhatian atau bersikap hangat terhadap dirinya, Amel yakin kalau Angga bisa mencintai dirinya secara perlahan. “ Sepertinya Kak Angga terlihat sangat kelelahan, mau aku bantu pijitin agar Kak Angga lebih enakan. "Ujar Amel yang melihat Angga Tengah menutup kedua matanya sambil bersandar di sofa, dan terlihat sangat jelas Angga seperti orang yang begitu sangat kelelahan. “ Istilah saja kalau kamu mau istirahat, tapi kalau kamu tidak mau istirahat tidak perlu banyak bicara. "Ujar Angga dengan nada ketusnya tanpa membuka kedua mata yang dipejamkan, membuat Amel cemberut, karena baru saja Amel merasa senang diperhatikan oleh Angga, sekarang Angga bersikap ketus lagi. Amel langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, Lalu setelah itu Amel mencoba untuk mengambil pakaian yang terlihat sangat terbuka, bahkan terlihat sangat seksi, mencoba mencari perhatian Angga. Ternyata Amel masih tetap berusaha untuk membuka hati Angga agar menerima kehadiran dirinya. Setelah Amel sudah terlihat begitu sangat cantik, Amel kembali mendekati Angga, dan menyentuh lengan Angga, membuat Angga langsung membuka membuka kedua matanya yang diperankan dan menoleh ke arah samping di mana Amel berada. Dengan cepat Angga langsung melepaskan tangan Amel, hingga membuat Amel tersinggung dan merasa sakit hati meski Angga melepaskan tangannya secara lembut. “Kenapa? Bukannya aku sudah menyuruhmu untuk istirahat?” tanya Angga yang sudah duduk dengan benar sambil menatap Amel, bahkan sampai meneliti pakaian Amel yang sudah tidak biasa dari pakaian yang dipakai biasanya. “ Aku cuma mau bantu kakak untuk meredakan rasa lelah Kak Angga, biar Kakak bisa tidur dengan nyenyak nantinya. "Jawab Amel dengan nada lembutnya, membuat Angga langsung menatap lurus ke depan. “ Kamu tidak dengar apa yang aku bilang tadi? Aku sudah menyuruhmu istirahat, dan kalau kamu tidak mau istirahat, kamu bisa tutup mulut. Kalau kalian masih ngoceh dan menggangguku, yang ada aku tambah capek, Bukan meredakan rasa lelah aku. "Ujar Angga yang entah kenapa malah terbawa emosi. Dengan cepat Amel langsung berdiri setelah mendengar deretan kalimat panjang yang dilontarkan oleh Angga, dan langsung naik ke atas ranjang, lalu tidur. Sebelum Angga ke kamar mandi, Angga sempat menatap Amel dengan Tatapan yang cukup lama, merasa heran Kenapa tiba-tiba Amel berpakaian seperti wanita rendah. Angga tidak mau ambil pusing, Angga masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan setelah itu, Angga mengecek ponselnya, berharap pesan yang Iya kirim terhadap Bian sudah dibuka oleh Bian. Sayangnya pesan yang Iya kirim hingga sampai saat ini masih belum dibaca oleh Bian, membuat Angga langsung menghela nafasnya secara kasar. Pagi-pagi sekali Angga sudah siap dengan pakaian kantornya, dan Angga sedikit merasa heran kenapa Amel sudah hampir jam 07.00 pagi, masih belum bangun dari tidurnya, karena biasanya jam 07.00 Amel sudah kembali dari dapur yang sudah menyiapkan sarapan untuk dirinya. Tapi kali ini Amel terlihat begitu sangat nyenyak, seperti orang yang sangat kelelahan, hingga bangun kesiangan. Namun Angga tidak ada niatan untuk membangunkan Amel. Justru Angga langsung berangkat pergi ke kantor, karena ia masih ingin menemui Bian, lebih tepatnya Angga berangkat pagi-pagi ke kantor itu bukan ke kantor dirinya sendiri, melainkan ke kantor Bian. Baru beberapa menit Angga pergi ke kantor, tiba-tiba Ada seorang pria yang masuk ke kamarnya, di mana Di kamar itu masih ada Amel yang masih tidur dengan sangat nyenyak. Pria itu langsung mendekati Amel, dan mengecup kening Amel dengan penuh kelembutan, hingga membuat tidur Amel terusik. “ Ngapain di sini? Ini ranjang Kak Angga?” tanya Amel dengan wajah paniknya serta wajah penuh keterkejutan saat melihat orang yang mengecup keningnya tadi bukan Angga. “Ssssttt… diam. Pindah ranjang yuk, Angga sudah berangkat ke kantor…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN