"Nggak, King. Kita bakal jaga adek kamu bareng-bareng. Kita nggak akan kehilangan adek," ujar Ian dengan nada terharu. Ia mencium pipi Wina dengan penuh kasih dan rasa syukur. "Makasih, Sayang. Aku seneng banget kamu hamil." Wina tak bisa berhenti tersenyum. Ini hari yang luar biasa membahagiakan bagi mereka. "Aku juga. Aku nggak nyanga secepat ini aku udah hamil. Tapi ... mungkin kita harus ke dokter. Aku punya riwayat melahirkan prematur. Ah, aku jadi cemas." Ian mengangguk sementara King mencerna situasi. "Ya, kita harus segera periksa ke dokter kandungan. Mungkin, malam ini atau besok sore.". "Ehm, besok aja. Udah waktunya nyiapin makan malam," kata Wina seraya menatap jam dinding. Ian mengangguk. "Aku yang masak, kamu duduk aja. Aku nggak mau kamu capek." Wina tertawa. "Aku nggak