Aksa berdiri terpaku di depan pintu sebuah apartemen. Dia sudah disana beberapa saat lamanya, tapi tangannya masih saja enggan mengetuk. Setelah semalaman gundah hingga tidak bisa tidur, dia akhirnya mendatangi mamanya untuk menegaskan lagi batasan yang telah dilanggarnya. Apapun masalah yang mamanya buat Aksa masih bisa tolerasi, tapi tidak jika sudah menyangkut Cello. Helaan nafasnya terdengar keras. Harusnya uang yang dia berikan lebih dari cukup untuk bisa tinggal di apartemen mewah, tapi mamanya malah memilih tempat seperti ini. Bukannya tidak layak, tempat inipun bersih dan nyaman. Hanya saja Aksa jengah, karena sudah bisa menebak dihabiskan untuk apa uang sebanyak itu oleh mamanya. Baru saja hendak memencet bel, pintu sudah lebih dulu dibuka dari dalam. Risti Pradipta tampak kaget