"Semalam karena ketakutan, jadi kami memilih pergi lebih dulu. Tanpa kamu menyuruh orang untuk menyeret kami kesini pun, sebenarnya kami sudah berniat datang menjenguk Sifa dan meminta maaf." elak Iqbal. Suara tamparan kembali terdengar keras. Aksa sampai meringis melihat pipi Iqbal yang semakin membekas merah setelah kena dua kali tamparan dari istri pertamanya. "Mulut dan kelakuanmu sama laknatnya! Tidak peduli bagaimanapun kamu sudah menyakiti hatinya, anakku selalu memaafkanmu. Sejak kecil meski kamu tidak pernah menganggapnya ada, Sifa masih menyayangi dan berusaha menghargaimu sebagai ayahnya. Tidak disangka, saat dia tergeletak bersimbah darah kamu tanpa perasaan malah pergi begitu saja." amuk Rianti. Mendengar itu Sifa tersenyum getir. Meski sudah menduga kalau papanya pasti tid