Byan duduk di samping Kasih, keduanya saling bertatapan lekat. Hingga Kasih bersuara. “Aku baru memberimu ijin satu hari, namun kenapa anak-anak telah merubah panggilannya? Kamu bertindak terlalu jauh, Byantara. Adakah alasan untuk hal itu?” Tanya Kasih, nada suaranya terdengar lelah, namun Byan bersyukur, Kasih bertanya dengan nada yang rendah, tidak menunjukkan emosi atau kemarahannya. “Ada sesuatu yang terjadi kepada mereka, Kasih.” Byan lalu menunjukkan ponselnya, rekaman percakapan di dalam mobil yang otomatis tersambung ke ponselnya. Mata Kasih memanas mendengar setiap percakapan itu, membuat Byan menggeser duduknya hingga lebih merapat pada Kasih. “Sesungguhnya aku tidak ingin membebanimu dengan hal ini, namun kupikir kamu perlu tau. Aku tidak bermaksud apapun apalagi membuat