Aku terbangun dengan napas amburadul dan detak jantung tidak beraturan. Keringat dingin telah membasahi hampir seluruh permukaan tubuhku, juga membuat basah sebagian besar bajuku. Aku bermimpi buruk. Mimpi yang sama dengan penglihatanku hari itu. Pelaku dan korbannya masih sama. Ferdi membunuh ayahku dan menguburnya di rawa dekat danau di mana mayat Bill ditemukan. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan Ferdi. Dalam mimpiku, aku hanya bisa menangis sembari terkapar bersimbah darah. Ada yang menusuk perutku dan nyaris membuatku merasakan betapa dekatnya kematian itu. Walau selama ini, aku memang sangat dekat dengan kematianku, Denis. “Kamu bermimpi buruk?” Pertanyaan itu membuatku menoleh dan mendapati Denis, suamiku menatapku dengan penuh tanda tanya.

