BAB 27

1630 Kata
Kehadiran Ferdi sungguh di luar dugaan. Selama ini, demi melindunginya, aku tidak pernah menghubunginya, memikirkannya pun, aku tidak berani. Aku takut Denis tahu, cemburu lalu membunuhnya. Akan tetapi, melihat apa yang terjadi hari ini, aku merasa, semua usaha dan pengorbananku menjadi tidak berarti. Yang paling membuatku emosi adalah aku dipermainkan dengan mata terbuka oleh lelaki menyebalkan itu. Kesal, marah dan benci melebur menjadi satu. Aku sungguh ingin melawannya. Sendirian, aku merasa takut, tetapi bersama Ferdi, mungkin akan berbeda. Ah, tidak! Aku harus mengembalikan kewarasanku. Denis pasti merencanakan sesuatu dengan melakukan ini. Dia tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa maksud tersembunyi.             “Aku tahu apa yang kamu pikirkan, tetapi Denis, menepati janjinya padaku,” ujar Ferdi membuatku sangat penasaran.             “Apa maksudmu kalau dia menepati janjinya, Fer?” Aku kebingungan. Linglung juga.             “Ayo menjauh dari sini, akan aku beritahukan detailnya,” ajaknya.             “Tidak, aku harus menyelidiki kasus ini,” tolakku. “Dia hanya memberiku waktu tiga hari, aku harus menemukan petunjuk di hari pertama.” Aku menjelaskan.             “Aku juga,” sahutnya yang membuatku lagi-lagi merasa terkejut. Ini sungguh semakin membingungkan dan membuat penasaran. Denis berubah pikiran? Dia ingin melepaskanku dan memberikanku ke Ferdi? Haha, pemikiran apa ini. Jelas-jelas tadi dia bilang akan membunuh kami jika berselingkuh. Ini pasti perangkap!             “Kamu berbohong kan? Denis tidak mungkin mengirimmu padaku, aku tidak mau kamu di sini. Aku…”             “Nisa! Kendalikan dirimu!” Ferdi sedikit meninggikan suaranya. “Ayo ikut aku!” Dia memberikan isyarat agar aku mengikutinya. Mau tidak mau, aku harus ikut dengannya. Sebab, tidak memungkinkan bagiku untuk menolak. Di sana ramai, aku tidak masuk untuk mencari petunjuk. Kedua, Ferdi mungkin memiliki petunjuknya. Ketiga, Ferdi adalah partner yang baik. Walau ada kemungkinan ini jebakan. Namun, aku sudah sering dalam situasi penuh jebakan, seharusnya, aku bisa menjadikan hal tidak menguntungkan ini sebagai suatu keberuntungan. Jika kasus ini bisa selesai dengan cepat, aku bisa segera menuju ke kasus yang kedua, ketiga, sehingga pada akhirnya kasus yang kesepuluh. Setelahnya, aku akan meminta satu permintaan pada Denis. Aku ingin dia menjamin keselamatan semua orang yang aku kenal dan sayangi, termasuk Ferdi, ayah dan diriku sendiri. Aku meragukan Denis akan menepati janii, tetapi mengingat Ferdi bilang, Denis menepati janjinya, aku rasa, tidak ada salahnya untuk mencoba. Lagipula, ini bisa menjadi pengalaman dan pelajaran untukku. Juga kesempatan untuk bisa menghirup udara segar, bukan udara kotor di ruangan pengap yang tidak pernah dibuka itu. Sungguh menyeramkan. Aku tidak sudi kembali ke kamar itu! Never.             Ferdi mengajakku menjauh, masuk ke dalam mobilnya. Dia sedikit terlihat canggung, demikian pula denganku. Dia duduk di kursi pengemudi, sedangkan aku di kursi penumpang, tepat di sampingnya. Ini seperti de javu, tetapi kami tidak boleh terlena oleh masa lalu. bagaimana pun status kami sudah berbeda. Aku bukan lagi wanita single yang bebas bergaul dengan siapa saja. Aku adalah seornag istri, meskipun aku tidak ingin mengakuinya.             “Lama tidak bertemu, Nisa.” Ferdi melengkungkan senyuman. Di saat bersamaan, hatiku terasa sakit dan senang. Ini tidak bisa diteruskan. Keadaan ini hanya akan membawa kami ke situasi yang Denis inginkan. Jika begitu, kami sudah berada di ambang kekalahan padahal permainan baru saja dimulai. Aku tidak akan membiarkan keinginan Denis tercapai.             “Apa maksudmu Denis menepati janji, Fer?” tanyaku langsung, tidak ingin berbasa-basi. Hal ini juga akan membuat kami menjadi fokus pada topik dan tujuan mengapa kami di sini. Tentu, aku menyadari, kehadiranku di sini bukan untuk bernostalgia atau melepas rindu dengan Ferdi meskipun aku menginginkannya, melainkan untuk menyelesaikan suatu kasus pembunuhan dan mencari pelakunya. Walau itu tugas kepolisian, kami harus bergerak cepat agar tidak didahului. Ya, itulah tujuan utama kami saat ini. Tidak ada yang boleh mengganggu tujuan itu, termasuk perasaan kami. Tidak boleh. Aku tidak akan membiarkannya.             Ferdi menatapku ragu.             “Ceritakan dengan detail padaku, aku mohon. Cepatlah,” pintaku setengah memaksa.             Ferdi hanya menghela napas panjang lalu mengangguk mengiyakan. Dia mengatakan, seminggu setelah peristiwa pertarungan antara dia dan Denis, Denis pergi mendatanginya. Walau kasusnya ditutup dan terkesan ditutupi hingga tidak menyebar, sepertinya Denis ingin melakukan suatu perjanjian dengan Ferdi. Saat itu, Ferdi memang di posisi yang tidak memiliki pilihan selain mendengarkan apa yang Denis tawarkan padanya. Dia belum pulih dan om-nya yang bekerja di kepolisian dibunuh Denis, tentu dia tidak mau mengambil resiko dengan membuat kerabatnya yang lain menjadi korban Denis lagi. Saat itu Ferdi memohon agar Denis tidak membunuhku. Denis mengiyakan, tetapi psikopat itu menikahiku. Hati Ferdi remuk, tetapi tidak ada yang dapat dia lakukan. Dia sudah sepakat dengan Denis kalau aku tidak akan dibunuh selama Ferdi melepaskanku pergi dan tidak pernah mengganggu hidupku lagi. Liar. Padahal, di malam pernikahan, Denis nyaris membuatku kehilangan nyawa. Sekarang aku paham kenapa dia tidak membunuhku, ternyata karena Ferdi. Bahkan, setelah kehilangan jari pun, dia masih bersedia untuk melindungiku dengan nyawanya. Sungguh, aku beruntung dicintai olehnya. Walaupun kami tidak bisa bersama karena ulah seseorang, suamiku.             Ferdi melanjutkan, kalau dua bulan lalu, Denis kembali menemuinya, di tempat yang harusnya aman dan tidak akan ditemukan oleh siapapun, termasuk aku dan ayah. Namun, Denis berhasil melacak keberadaannya. Urusan melancak dan menguntit seseorang, sepertinya kami memang tidak bisa menyamai kemampuan itu dengan seorang psikopat. Insting mereka terlalu kuat untuk dilawan atau dikelabui. Walau, tentu, mereka juga bisa membuat kesalahan. Saat itulah celah untuk mengalah mereka akan terbuka. Walaupun, itu sulit dan membutuhkan waktu lama. Entah sampai kapan.             Denis menawarkan sesuatu yang tidak bisa Ferdi lewatkan. Kesempatan untuk bisa menemui dan bekerjasama denganku. Dengan satu syarat, dia harus menyelesaikan lima belas kasus yang berbeda. Jika bisa melakukannya, dia akan bisa menemui dan bekerjasama denganku. Itulah cerita singkat bagaimana kami bisa bertemu hari ini. Pada awalnya, Ferdi tidak mempercayai Denis. Namun, sorot mata lelaki itu membuatnya percaya. Dulu, Ferdi pernah memujanya. Tentu dia bisa membedakan saat Denis bersungguh-sungguh dan tidak. Lagipula yang Ferdi tahu, Denis yang dipujanya dulu, tidak akan pernah mengingkari janjinya. Setidaknya, itu apa yang dirasakannya. Walau kemudian berubah, karena aku. Dulu, aku merasa Ferdi berbahaya, tetapi perasaan itu berbalik. Kenyataannya, yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang aku pikirkan. Denis yang lebih berbahaya darinya. Sangat. Aku tidak bisa membayangkan berapa banyak korban yang sudah dibunuhnya secara langsung, melalui trik atau tangan orang lain. Dia pandai bergaul dan mempengaruhi pikiran orang lain. Tidak mudah untuk menolak sarannya, tidak peduli seberapa tidak masuk akalnya itu. Dia selalu berhasil mengendalikan mangsanya. Aku nyaris jatuh ke dalam jurang keputusaan dan mengikuti keinginannya. Namun, nuraniku sebagai wanita dan manusia, juga seorang anak, membuatku bisa bertahan sampai hari ini. Aku bersyukur bisa melakukannya. Dengan demikian, aku bisa melihat Ferdi masih hidup dengan kedua mataku sendiri dan bekerjasama dengannya seperti dulu untuk menyelesaikan kasus. Sungguh, kesempatan langka yang tidak boleh disia-siakan. Walaupun aku harus membuat batasan agar tidak merusak kesenangan ini,             “Jadi, bagamaina soal kasus Sarah?” tanyaku pada Ferdi, memulai topik mengenai kasus kami.             Ferdi tidak menjawab, keningnya berkerut, memandangku dengan penuh penasaran dan keheranan.             “Denis memberitahumu kalau korbannya bernama Sarah?” tanya Ferdi.             Aku menggeleng, “Tidak,” jawabku.             “Lalu, darimana kamu tahu?” tanya Ferdi lagi. Rasa ingin tahunya menjadi semakin besar.             Aku tidak menjawab, hanya diam saja. Mata kami bersitatap dan dia mulai membuat dugaan di pikirannya saat ini.             “Nisa, jangan-jangan, kamu melihatnya lagi?” tebak Ferdi.             Aku bergeming. Bingung.             “Kamu kembali menjadi watcher? Sejak kapan?” Rasa ingin tahu Ferdi tidak bisa dibendung lagi, sehingga aku terpaksa menegurnya agar dia mengecilkan suaranya dan berhenti bertanya.             “Maaf,” sesalnya.             “Sejak tadi malam,” jawabku menjawab satu dari tiga pertanyaannya.             “Eh?” Ferdi kebingungan.             “Suatu kebetulan yang aneh kan?” Aku menebak pemikiran Ferdi.             Lelaki itu mengangguk, “Ini terlalu ajaib untuk disebut keajaiban,” katanya beropini. “Namun, ini akan sangat membantu. Ceritakan apa yang kamu lihat, lalu aku akan mengatakan semua petunjuk yang aku temukan di KTP.”             “Kamu meminta bantuan polisi untuk itu?”             Ferdi menggeleng, “Tidak, aku ke sini sebelum polisi datang,” terangnya.”             “Ah,” kataku manggut-manggut.             “Lalu, apa yang kamu lihat? Kita bisa menyatukannya dengan petunjuk yang kita dapat,” ulang Ferdi lagi.             Aku pun menceritakan semua yang aku lihat tanpa meninggalkan satu detail pun.             “Jadi pelakunya memakai topeng?” tanya Ferdi setelah aku selesai bercerita.             Aku mengangguk mengiyakan.             “Kalau begitu, kita memiliki satu tersangka yang memungkinkan,” ujar Ferdi kemudian membuatku senang sekaligus heran.             “Sudah ketemu?” Aku tidak percaya.             “Kita akan menemui Diana, dia adalah sahabat Sarah. Dia seorang pengrajin topeng,” jelasnya. “Ayo pergi!”             “Wait, bagaimana dengan mobilku?” tanyaku keheranan.             “Kamu membawa mobil?”             Aku mengangguk.             “Tinggalkan saja, nanti aku akan meminta seseorang untuk mengambil mobilmu. Tenang saja.”             “Siapa? Kunci mobilnya ada padaku,” kilahku.             “Dia bisa melakukannya meskipun tanpa kunci, percayalah. Sekarang, kita harus pergi ke tersangka urama kita, oke?” Ferdi menegaskan.             Aku hanya bisa mengangguk setuju. Tidak ada lagi pilihan. Kemudian, mobil pun mulai melaju meninggalkan TKP. Jika Diana memang pelakunya dan Ferdi bisa membuktikannya, kasus ini akan cepat selesai daripada dugaanku. Tentu ini suatu kesuksesan besar. Aku hanya perlu melanjutkannya ke kasus berikutnya nanti. Semoga saja, kasus ini segera selesai. Aku tidak mau dipermainkan Denis lebih lama lagi. Aku mau dia menghilang dari hidupku selamanya. Bahkan, diam-diam terkadang aku mengharapkannya mati. Walau dia suamiku dan pernah menjadi orang yang sangat aku cintai. Sekarang tentu tidak lagi. Aku hanya ingin dia pergi selamanya dari muka bumi dan tidak lagi menyakiti siapapun lagi. Walaiu kecil kemungkinan hal ini akan terwujud, aku tidak pernah berhenti untuk berdoa. Barangkali, Tuhan kali akan mendengar dan mengabulkan permintaanku tersebut. Aku tidak terburu-buru, kapanpun, asalkan doa itu terkabul, aku tidak keberatan untuk menunggu sampai hal itu terjadi.         Diana, kami datang. Semoga, kamu memang yang kami cari. Dengan demikian, kasus ini akan cepat selesai. Semoga saja kali ini, bukan kekecewaan yang akan menyambutku. I wish for it.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN