Leo 8

1098 Kata
Susan benar-benar marah! Dia tidak rela David mengacuhkannya. Selama ini, David tidak pernah mengacuhkannya sekali pun. Hanya pekerjaan yang bisa membuat David fokus. Tapi kini setelah kepulangan Diana, Susan juga harus bersabar dengan waktu David yang terbagi dengan kekasihnya juga? Lalu kapan dia akan mendapatkan waktu David? Susan mengakui kalau dia sedikit cemburu pada Diana. Memang pada awal kedekatannya dengan David dulu, David selalu mengatakan bagaimana dia bisa begitu tergila-gila pada Diana yang cantik dan pintar. Tiada hari tanpa David mengatakan bahwa Diana adalah dunianya hingga Susan merasa muak. Dalam hati, dia merancang rencana untuk menggoda David hingga David harus merasa bahwa Diana bukan satu-satunya wanita yang ada di dunia ini. Dan akhirnya, David bertekuk lutut pada godaan Susan. Tapi setelah Diana datang, kenapa David kembali mengacuhkannya? Awas saja! Susan tidak akan bisa menerima jika David benar-benar meninggalkannya. Tidak setelah Susan yakin kalau sebenarnya dia sangat menyukai David. Tidak setelah David mendapatkan kesuciannya. Dari dulu, Susan sudah menyukainya hingga dia cemburu saat David terus-terusan memuji Diana di depannya. -- Esoknya, Diana sudah siap dengan setelan Zara miliknya dan tas LV yang penuh dengan peralatan bekerjanya. Hari ini, papanya akan memperkenalkannya sebagai salah satu direksi di anak perusahaan SBI yang bergerak di bidang kosmetik. “Sarapan dulu, Princess?” tanya mamanya. “Iya, Ma,” jawab Diana. Diana pun duduk di kursinya. “Papa mana?” tanya Diana. “Di sini, Princess. Selamat pagi!” Johan datang dengan setelan yang sudah rapi. Dia mencium pipi istrinya dan puncak kepala putrinya. Setelahnya, mereka duduk dan sarapan bersama. Roti bakar dengan telur acak dan alpukat kocok dibawakan oleh pelayan untuk sarapan. “Papa ingin memperkenalkanmu pada karyawan, setidaknya pada karyawan Luxinda. Papa sudah menyiapkan kursi Direktur Personalia untukmu.” “Jangan, Pa!” sergah Diana. “Kenapa?” tanya Johan bingung. “Jangan Direktur Personalia.” Sergah Diana lagi. “Iya, tapi kenapa? Jangan bertingkah aneh, Princess.” “Aku tidak sedang bertingkah aneh. Aku hanya merasa jabatan direksi masih terlalu tinggi. Berikan saja kursi manajer padaku, Pa.” “Apa tidak terlalu rendah, Princess?” Johan mengernyit keheranan. “Tidak, Pa. Aku benar-benar ingin bekerja dari bawah agar aku bisa kuat di atas nanti,” kata Diana dengan mantap. “Baiklah. Manajer personalia.” Akhirnya Johan pun mengalah. “Terima kasih, Pa.” Diana berkata sambil senyum tercetak sempurna di wajahnya. Johan mengangguk, memahami keinginan Diana. “Jadi apa rencanamu pagi ini?” tanya Johan. “Aku akan mengumpulkan para personel dan menanyakan kondisi terkini. Aku masih membutuhkan manajer yang lama, Pa. Dan tolong acara perkenalannya dilaksanakan dengan direksi dari Luxinda saja. Tidak usah melibatkan pihak SBI,” pinta Diana. “Baiklah, papa ikut maumu saja.” Johan pun mengalah pada Diana. Suasana pun hening. Semua kembali fokus pada sarapannya. “Sudah? Sudah selesai bicara pekerjaan?” Rosa bertanya dengan muka ditekuk. Dia tidak suka jika suaminya membicarakan pekerjaan di meja makan. Johan yang mengerti maksud istrinya pun tersenyum simpul. Dia mengelap bibirnya dan meminum air putih. Lalu perlahan diraih tangan wanita itu dan dikecupnya dengan mesra. “Maaf, aku tidak peka dengan keadaanmu, Sayang. Sekali lagi aku minta maaf.” Rosa hanya mendengus kesal. Dia berusaha menarik tangannya tapi ditahan oleh Johan. Diana yang melihat adegan rayuan papanya hanya bisa tertawa. -- Di perusahaan, Johan segera mengumpulkan direksi dari PT. Luxinda di ruang rapat. Johan juga memanggil Bu Dewi selaku manajer personalia. Setelah keempat direktur dan manajer personalia datang, Johan segera memperkenalkan Diana. “Selamat pagi semua! Maaf mengganggu aktivitas pagi Anda semua. Pagi ini saya ingin menginformasikan bahwa anak saya, Diana, mulai hari ini akan membantu tugas Bu Dewi sebagai manajer personalia. Tolong bimbing Diana agar bisa segera mahir dalam bidang ini. Ada pertanyaan?” Semua anggota rapat menggeleng. Mereka sudah mengerti bagaimana cerdasnya Diana. Justru kebanyakan dari mereka tidak menyangka kalau nona muda mereka bersedia menjabat sekelas manajer. Karena sekarang akan ada yang langsung memantau mereka, kinerja mereka harus ditingkatkan. Semoga saja, dengan adanya Diana di sini, perusahaan mereka akan mengalami kemajuan. “Bagus! Diana, ada yang ingin kamu katakan?” Diana mengangguk sekilas lalu berkata, “Selamat pagi semua. Salam kenal. Saya tahu kalau Anda semua tahu siapa saya. Tapi bagi perusahaan, saya bukan siapa-siapa. Saya masih perlu bannyak belajar dan akan sangat membutuhkan bantuan Anda semua. Mohon kerja samanya. Terima kasih.” Diana mengakhiri pidato singkatnya dengan sedikit membungkukkan badan. Johan tersenyum melihat anak sulungnya yang mempunyai jiwa besar. “Baik! Karena tidak ada pertanyaan, semua bisa kembali ke meja masing-masing dan bekerja.” Johan menutup rapat pagi itu. Semua peserta rapat menyempatkan diri untuk memberikan ucapan selamat pada Diana. Kini, hanya tertinggal Johan, Diana, dan Leo. “Leo, meja Diana sudah disiapkan?” tanya Johan. “Sudah, Tuan. Semua sudah disiapkan,” jawab Leo dengan mantap. “Diana, mejamu sudah disiapkan. Apa kamu siap untuk mulai bekerja hari ini?” “1000% siap, Pa. Maksudnya, Pak. Saya siap, Pak.” Diana mengatur tubuhnya untuk memberi hormat pada Johan. Johan tertawa melihat kelakuan Putrinya. “Baik, Nona Diana. Anda bisa kembali bekerja.” Kini giliran Diana yang tertawa mendengar kalimat papanya. “Baik, Pa. Aku pamit dulu.” Diana mendekati papanya dan memberikan kecupan di pipinya sebelum keluar ruangan. Johan masih terkekeh melihat Diana keluar ruang rapat Luxindo. “Anak itu. Bukankah dia terlihat cerdas dan bertanggung jawab? Katakan apa pendapatmu, Leo?” “Nona Diana memang cerdas, Tuan. Saya yakin dia akan bertanggung jawab dengan semua pekerjaannya. Itu sebabnya dia ingin memegang posisi manajer sebelum duduk di kursi direksi.” “Kamu benar, Leo. Dia akan membawa perusahaan ini menjadi semakin besar.” Johan tersenyum dan menganggukkan kepala tanda setuju dengan perkataan Leo. “Semoga saja David segera melamarnya. Akan sangat menyenangkan saat anakku yang cerdas bisa bersanding dengan orang yang cerdas pula.” Johan berkata sambil keluar ruangan. Mereka berjalan menuju lift untuk menuju lantai dua puluh. Senyum Johan masih saja terkembang selama itu. Leo yang mendengar kalimat itu hanya diam tidak berkomentar. Tangannya sedikit mengepal. Entah kenapa dia tidak rela nonanya yang cerdas itu dikhianati. Mulutnya sudah gatal ingin mengatakan sesuatu tapi tertahan. Nona Diana memang cantik dan cerdas. Tapi dia cukup buta dengan perselingkuhan kekasihnya, batin Leo. “Apa jadwalku, Leo?” tanya Johan. “Pukul sepuluh, pertemuan triwulan dengan direksi. Makan siang sekaligus rapat dengan perwakilan dari PT. Cipta Rasa di restoran untuk akuisisi. Setelah itu kosong. Anda bisa mengecek laporan-laporan yang dikirim ke meja Anda, Tuan.” “Baik. Terima kasih banyak, Leo. Kembalilah ke mejamu. Nanti ingatkan aku untuk rapat pukul sepuluh.” “Baik, Tuan.” Mereka berdua pun berpisah untuk kembali ke ruangan mereka masing-masing. --
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN