Hujan mengguyur Jakarta seharian. Malam semakin menanjak naik. Hastuti mondar-mandir di ruang tamu. Pikirannya tak menentu. Wijat belum juga berkabar sejak siang tadi. Berulangkali Hastuti menghubungi ponsel Wijat, tapi tak pernah tersambung. Pesan Wijat terakhir mengatakan, dia pergi bersama Margono ke Rumah Singgah. Itu menakutkan Hastuti! Hastuti pernah ke rumah itu sekali. Dulu, sewaktu dia masih sangat belia dan baru kenal dengan Margono. Sakit hati akan masa lalu, membuat Hastuti rela menukar dirinya dengan segala kuasa yang bisa dia gunakan untuk membalas rasa sakit itu. Dia tidak peduli meski di kemudian hari dia tidak punya kehidupan pribadi dan harus terikat dengan aturan-aturan Margono. Tapi kini Hastuti peduli. Wijat telah membuka hati dan pikirannya. Hidup berkerudung