Mariana berdiri di depan pintu rumah yang dulu pernah ia sebut rumah. Rumah tempat ia berusaha bertahan, hingga akhirnya memilih melepaskan. Jemarinya sempat ragu menyentuh bel pintu. Tapi pikiran tentang seseorang yang menyusup ke rumahnya—dan Nate yang menyebut nama Bara dengan penuh keyakinan—membuatnya menekan tombol itu. Tak lama kemudian, pintu dibuka. Bianca muncul di ambang pintu, mengenakan baju rumah longgar dengan perut buncitnya yang semakin menonjol. Wajahnya tampak terkejut sekilas, namun dengan cepat berubah menjadi datar. “Ngapain kamu ke sini?” tanya Bianca, nada bicaranya ketus tanpa basa-basi. Mariana menelan ludah. Rasanya menjengkelkan melihat Bianca, tapi ia harus menghadapinya demi kelancaran misi. “Aku cuma mau ambil beberapa barangku yang mungkin tertinggal,” j