Wajah Mariana pucat pasi. Matanya sedikit membesar dan bibirnya bergetar tanpa suara. Ketakutan terlihat jelas di wajah cantiknya hingga membuat Nate segera mengambil alih situasi. Nate melangkah cepat, mengunci pintu belakang rapat-rapat, lalu kembali menghampiri Mariana dan menggiringnya ke ruang tengah tanpa berkata sepatah kata pun. Begitu wanita itu duduk di sofa, Nate berdiri di depannya sambil menatapnya lekat. “Malam ini kamu tidur di rumahku,” ucap Nate mantap. “Tidak ada penolakan.” Mariana lantas mendongak. “Aku—” “Jangan membantah, Mariana,” potong Nate cepat dan tegas, seperti keputusan yang tak bisa ditawar lagi. Nate menarik napas perlahan, kemudian mencoba menjelaskan dengan tenang. “Aku sendiri yang mengunci pintu belakang saat hari pertama kamu pindah. Aku ingat betu