Beberapa hari kemudian… Nate duduk di sebuah ruangan sempit dengan cahaya temaram. Di depannya, terbentang jendela kaca dua arah yang memisahkannya dari ruangan lain—tempat di mana beberapa pria berbadan besar sedang ‘memberi pelajaran’ pada seseorang. Dari balik kaca itu, Nate memperhatikan dalam diam. Sorot matanya tajam tanpa emosi. Di luar, seorang pria yang sudah babak belur tetap mencoba memberontak meski jelas tubuhnya nyaris tak kuat berdiri. “Lepaskan aku, b*****t! Kenapa kalian menghajarku, hah?!” teriak Bara, suara seraknya menggema penuh amarah. Nate hanya tersenyum miring mendengar itu. Tidak puas, tapi cukup untuk menenangkan rasa geram di dadanya. Pria itu—Bara—baru saja menerobos masuk ke rumah Mariana dan mencuri barang-barangnya. Dan sekarang, dia ada di tempat yang