‘Kenapa aku sangat takut dia disetubuhi oleh lelaki tadi?’ batin Sean yang baru sadar atas sikapnya sedari tadi.
‘Ah tidak, ini tidak mungkin, tidak mungkin aku suka sama dia!’ lanjut Sean lagi yang dengan cepat mengalihkan perhatiannya pada ponsel di tangannya.
Dinda kembali melanjutkan ngajinya, setiap alunan merdu yang dia lantunkan sukses membuat hati Sean merasa tenteram, hingga tak terasa Sean lebih memilih mendengarkan bacaan Al-Qur’annya Dinda dari pada memainkan ponselnya.
Seminggu sudah Dinda berada dalam tahanan markasnya Jordan.
“Aku ingin menghubungi Mamaku, sudah 1 minggu aku berada di sini, Mama pasti sangat mengkhawatirkan keadaanku saat ini, apalagi ponsel aku tidak bisa di hubungi,” gerutu Dinda saat Sean datang mengantar makanan untuknya.
“Bukan urusanku!” jawab Sean dengan ketus dan pergi keluar dari dalam tahanannya Dinda.
“Aku kan ke sini juga gara-gara kamu, aku ngembaliin kunci milik kamu!” gerutu Dinda tak kalah ketus dengan wajahnya yang masam.
Bukannya kesal dengan jawaban Dinda yang ketus, Sean malah merasa lucu dengan ekspresi Dinda yang seperti anak kecil sedang ngambek sama mama dan papanya.
“Siapa suruh!” cebik Sean yang membuat Dinda mengerang geram.
Beberapa orang bertubuh tegap datang membuka pintu, Jordan sang bos besar markas tersebut mendatangi ruangan tempat Dinda ditahan.
Sean yang melihat Jordan datang bersama anak buahnya yang lain, memundurkan tubuhnya ke belakang memberikan jalan untuk Jordan yang sepertinya ingin menemui Dinda.
Dinda yang melihat lelaki bertubuh besar memasuki ruangannya menjadi sangat ketakutan.
Tubuhnya bergetar dan dia berusaha berdiri menjauhi mereka sambil memegang selimut di tangannya.
Terlihat keringat halus bercucuran di dahinya, Sean yang melihat Dinda sangat ketakutan menjadi kasihan, tapi dia juga tidak berani mendekati Jordan yang berjalan ke arah Dinda dengan wajah sangar.
Sean sangat cemas atas hasil akhir yang diperoleh bosnya, entah kenapa dia sangat tidak tega jika perempuan bersuara emas itu menjadi tahanan Jordan selamanya, dan bahkan akan menjadi gundiknya Jordan selamanya dengan keadaan tersiksa.
“Kamu!’ ucap Jordan sambil menunjuk ke arah Dinda, membuat Dinda makin ketakutan, begitu juga dengan Sean yang begitu tegang.
Bruk! Seorang anak buahnya Jordan meletakkan map berwarna coklat di hadapannya Dinda.
“Kamu bisa bebas hari ini, tapi kamu bebas dengan syarat yang berlaku seumur hidupmu!” lanjut Jordan membuat keningnya Dinda mengerut.
“Syarat apa?” tanya Dinda dengan gugup meski tadi sempat bersyukur, dia merasa keberatan dengan keputusan Jordan yang ingin membebaskannya tapi pakai syarat, dia takut syarat yang diajukan oleh Jordan akan memberatkan dirinya dan hidupnya.
“Kamu harus menandatangani perjanjian yang tertulis di kertas ini, silakan kamu baca sampai habis! Kalau kamu keberatan untuk menandatangani perjanjian ini, kamu bisa memilih kamar yang mana saja untuk kamu tempati di sini,” ucap Jordan yang sudah duduk di kursi yang disediakan oleh anak buahnya.
Sean akhirnya menarik nafas lega, sedikit banyaknya dia sudah tau tentang syarat yang diajukan oleh Jordan untuk kebebasan Dinda, karna syarat itu pasti sama seperti syarat yang diajukan oleh Jordan untuk tahanan-tahanan lainnya yang tidak bersalah.
Iya, Jordan bukan pertama kalinya menangkap orang yang tidak bersalah, selama orang tersebut sudah datang memasuki kawasannya tanpa ada keperluan yang jelas, sudah bisa di pastikan mereka tidak akan keluar pada hari itu juga.
Dinda mengambil map di hadapan Jordan dan mulai membaca kalimat yang tertulis di sana satu persatu dengan penuh konsentrasi.
‘Tidak boleh mengatakan pada siapa pun ada markas di sini, jika hal tersebut sampai bocor, maka seluruh keluarga kamu juga akan menanggung risikonya.’
‘Buatkan alasan kamu selama ini dari mana, jangan sampai ada yang tau markas ini.’
Dinda membaca secara rinci persyaratan yang diajukan oleh Jordan, persyaratan yang menurut Dinda tidak ada efek apa pun untuk Dinda, karna Dinda memang tidak suka ikut campur dengan pekerjaan mereka, dia juga tidak tau pasti markas untuk apa ini, tapi dilihat dari tampilan orang yang berada di dalam markas ini, dia rasanya ingin lari keluar dengan cepat karna begitu menyeramkan.
Belum sempat Jordan bertanya apa setuju atau tidak dengan perjanjian-perjanjian yang dia buat, Dinda langsung menandatangani perjanjian tersebut.
“Saya tidak punya keperluan untuk mencampuri urusan selain urusan saya!” ucap Dinda sambil menyodorkan kembali map yang sudah ditandatangani olehnya ke hadapan Jordan.
Jordan menatap lekat ke arah Dinda, dia sedikit meyakinkan ucapan perempuan di hadapannya itu, Dinda memang terlihat sungguh-sungguh tidak ingin mencampuri urusan di markas itu.
“Bungkus bajumu dan keluar dari sini!” ucap Jordan, lalu bangkit keluar dari ruangan Dinda.
“Sean, antar perempuan itu sampai ke pintu gerbang!” lanjut Jordan lagi berbicara dengan Sean yang berada di hadapannya.
“Baik Bos,” jawab Sean dengan menunduk penuh hormat.
Jordan dan anak buahnya yang lain meninggalkan ruangan tersebut, Dinda yang sangat bahagia dengan kebebasannya, langsung menyiapkan pakaiannya untuk di bawa pulang, kebetulan bajunya baru selesai di cuci, dan sekarang dia sedang memakai pakaian yang dibelikan oleh Sean untuknya.
“Mas,” panggil Dinda yang terlihat ragu untuk memanggil Sean.
“Hmm,” jawab Sean dengan cuek sambil memainkan ponselnya.
“Baju ini saya pinjam dulu ya, nanti saya titipkan sama ojek untuk di antar ke sini,” ucap Dinda membuat mata Sean terbelalak.
“Kamu gila?!” sontak Sean mengeluarkan kalimat tersebut tanpa berpikir lebih dulu.
“Memangnya kenapa? Saya hanya tidak mau mengambil yang bukan hak saya,” jawab Dinda sambil mengerutkan keningnya.
“Kamu ingin mengorbankan orang lain yang tidak tahu apa-apa hanya karna sepasang baju yang tidak seberapa harganya itu?!” tanya Sean dengan ketus, dia tidak habis pikir dengan kepolosan yang dimiliki oleh Dinda.
Dinda terlihat berpikir beberapa saat, “Memangnya kalau tukang ojek akan ditangkap juga?” tanya Dinda lagi dengan polos.
“Tidak, dimutilasi doang!” jawab Sean singkat tapi mampu membuat tubuh Dinda bergidik ngeri.
“Jadi kalian tidak pernah pakai jasa ojek dong,” sambung Dinda dengan ekspresi aneh.
Sean hanya tertawa kecil sambil mencebik, dia tidak habis pikir perempuan di hadapannya itu sangat polos.
“Apa Lu mau berlama-lama di dalam tahanan ini?” tanya Sean membuat lamunan Dinda buyar seketika.
“Tidak! Saya ingin pulang sekarang juga!” jawab Dinda bersemangat memasukkan baju-bajunya ke dalam kantong plastik yang ada di sana.
Bersambung ...