53. Holidayyy

1538 Kata
Udara dingin menyapa ketika Deema menginjakan kakinya ke tanah. Satu hal yang sangat ia kagumkan dari tempat ini, tempat yang benar-benar sangat indah. Kaila tidak salah memilih tempat mereka untuk menghilangkan penat. Tempat ini sungguh cocok untuk healing. ''Yo ayo semuanya kumpul ...'' ucap Kaila yang saat ini sudah seperti pemandu wisata study tour anak SMA. Padahal, karyawannya hanya lima orang, Kaila ada-ada saja. ''Anak-anak ... Misi pertama, kita bawain barang dari dalam mobil ke tempat yang sudah aku buat.'' ''Siap, Kakak ...'' serentak, semuanya mengucapkan kata itu, selain Aiden tentunya. ''Hahaha ... Serasa tua banget sih,'' Kaila tertawa, mereka semua pun ikut tertawa. Galang membuka bagasi belakang mobil, semua orang pun berjajar untuk mengambil tugas mereka masing-masing. Kata Kaila, ia sudah menyiapkan bahan-bahan untuk barbeque hari ini yang akan di laksanakan setelah zuhur nanti. Arin dan Nomi sudah menggotong satu box berukuran besar yang dipercaya berisi makanan frozen, seperti daging, sosis dan lain-lain. Riki membawa box besar lainnya sepertinya di box itu berisi alat memasak. ''Kak, aku bawa t--'' belum sempat Deema menyelesaikan ucapannya, Aiden sudah mengambil alih beberapa tas paper bag besar yang berisi hadiah untuk kuis nanti. ''Mas ...'' ingat Deema, Aiden sungguh tidak melihat kondisi dan situasi. ''Tidak apa-apa, Deem. Ini biar saya yang bawa,'' ucap Galang yang terakhir membawa box berisi minuman ada jus, air mineral, soft drink dan lainnya. Deema tertunduk lesu, ia hanya bisa melihat teman-temannya yang berjalan naik ke atas sana dan membawa barang bawaan. Sedangkan dirinya tidak membawa apa-apa. Kaila yang mengerti Deema pun, merangkul bahu Deema. ''Jangan kesel ya, Aiden memang harus di turutin. Kamu tau sendiri ancaman dia kaya apa.'' Deema menjadi tidak enak hati kepada Kaila ataupun semua teman-temannya. ''Maaf ya, Kak. Aku gak bisa bantu.'' Jangankan membawa benda yang berat, tas kecilnya pun semenjak turun dari mobil, sudah diambil alih oleh Aiden. ''Tidak apa-apa, aku maklumi. Lagipun dia juga adik aku. Kamu tau gak kenapa dia ikut?'' ''Iya, aku baru mau tanya kenapa Mas Aiden harus ikut.'' ''Semalam dia denger aku pinjem mini bus punya Ayah. Dia tanya, dan gak aku jawab. Alhasil dia diem di kamar aku sampai jam satu malam, cuma karena dia mau tau, kalau aku mau pergi kemana. Setelah aku kasih tau, Aiden malah ngotot mau ikut. Terus aku larang ... Eh, ancamannya kaya anak kecil.'' Deema tertawa, pasti lucu jika ia ada di sana. ''Dia ngancem apa memangnya, Kak?'' tanya Deema yang penasaran. ''Katanya, dia gak mau makan selama satu bulan. Terus gak mau pulang ke rumah. Aneh bangetkan? Kaya bujang anak SMA.'' Deema masih tertawa, sampai mereka pun sudah sampai di sebuah tenda mereka. ''Aku bantu mereka dulu ya, Kak.'' Deema membantu Nomi dan Arin untuk menyusun kursi dan meja yang akan mereka gunakan untuk berkumpul. Dari atas sini, mereka bisa melihat view langsung ke pegunungan indah yang saat ini di tutupi oleh kabut tipis. Pengunjung di sini, bukan hanya mereka saja, tapi banyak sekali orang yang mengunjugi tempat ini. Hanya saja, sama seperti Kaila, mereka yang berwisata ke sini harus menyewa tempat masing-masing yang sudah di beri pembatas. Dan jarak dari tenda satu ke tenda lainnya pun sangatlah jauh. Jadi privasi antar pengunjung tidak saling terganggu. Tepat sekali, Kaila memilih tempat di sini. Dekat dengan toilet umum, mushola, mini market dan parkiran. Dari sini pun, view yang mereka lihat sangat-sangatlah cantik. Apalagi jika mereka pergi lebih jauh ke atas sana? Pasti lebih cantik. Deema mengeluarkan semua makanan yang ada di dalam box, Kaila bilang, mereka harus mengirit, tidak perlu membeli makanan, karena sudah ia siapkan. Riki dan Galang, mereka berdua menyiapkan alat untuk memanggang makanan nantinya, dan juga ada kompor portabel yang katanya untuk membuat mie dan makanan lainnya. Kaila memang bos yang patut diacungi jempol. ''Oke ... Anak-anakku semua, kalian mending istirahat saja. Tidak perlu terburu-buru. Yang mau menikmati tempat ini terlebih dahulu, silahkan. Tapi ... Jangan lupa untuk kumpul lagi jam satu siang ya ....'' ''Yeyyyy ...'' sorak gembira dari Riki, Nomi dan Arin pun terdengar. Kaila tersenyum melihat itu. ''Sebentar, Kak. Kita rapihkan dulu ini, biar nanti kita langsung makan,'' kata Nomi yang tengah memasukan sampah ke dalam plastik. ''Ya sudah ... Aku tunggu ya ....'' Mereka kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing, Aiden si patung itu, hanya diam di ujung tenda sambil melipat tangannya. Sepertinya Aiden kedinginan saat ini, karena tidak memakai jaket, ia hanya menggunakan baju pendek saja. Kaila menghampiri Deema, ia membisikan sesuatu di telinga Deema. ''Deem, bisa tolong ambilkan Aiden jaket di dalam tas aku, di mobil? Dia gak bawa jaket dari rumah, soalnya dia gak tau kalau bakal ke tempat kaya gini. Tapi aku sudah bawa jaket dia dari bibi.'' Deema mengacungkan jempolnya. ''Aku ambil, Kak. Kuncinya mana?'' ''Mobilnya enggak di kunci kok.'' Deema mengangguk, ia berjalan sambil mengendap-endap untuk pergi dari sana. Takut jika Aiden melihat dan tidak memperbolehkannya pergi dari sana. Deema sedikit mempercepat jalannya, ia langsung membuka pintu mobil, dan tas Kaila berwarna merah yang berukuran cukup besar sudah terlihat di sana, ia pun membuka dan mengambil jaket Aiden. Deema menutup kembali tas Kaila dan pintu mobil dengan benar. Ia membawa jaket Aiden dengan cara di peluk, emmm ... Wangi jaket Aiden selalu saja sama. Cukup lelah berjalan naik turun-naik turun seperti ini. Tapi ... Akhirnya ia sampai kembali di tenda, dan melihat Aiden masih di posisi yang sama. Tapi, saat ini ia sepertinya tengah memainkan ponsel. Deema pun mendekat dan memakaikan Aiden jaket dengan lembut. ''Lain kali kalau kemana-mana pakai jaket, ya ... Mas ganteng. Nanti kalau bekukan gak lucu ....'' Aiden terkejut dengan kedatangan Deema yang membawa jaketnya. ''K--kok ....'' ''Mas kok jadi gagap gitu? Hahaha ... Gak usah kaget, ini jaket kamu kok.'' ''Di pakai, mau aku pakein?'' tanpa menunggu jawaban Aiden, Deema membantu Aiden untuk memakai jaketnya, dan menutup resleting jaket Aiden sampai menutupi leher nya, tak lupa Deema menutup kepala Aiden menggunakan penutup kepala yang menyatu dengan jaketnya. Aiden saat ini sudah seperti seorang anak kecil yang dibawa berlibur ke kutub utara. Kaila yang melihat itupun tertawa kencang. ''Hahaha ... Bagus, Deem. Anak itu memang harus di kerjain.'' Aiden langsung menatap tajam ke arah sumber suara. Bisa-bisanya Kaila berbicara seperti itu. Untung saja di sini hanya ada Kaila dan Galang. ''Lucukan, Kak?'' tanya Deema yang meminta pendapat Kaila. Kaila pun mendekat, dan mencubit kedua pipi adik laki-lakinya itu. ''Utuu ... Utu ... Gemesh banget adek bayi satu ini ....'' ''Hahahaha ...'' Kaila dan Deema tidak henti tertawa. Aiden hanya bisa menghembuskan napasnya. Ia harus sabar diperlakukan seperti ini oleh wanita yang ia sayangi. ''Udah ngeledeknya?'' tanya Aiden. ''Aish ... Deem, dia gak asik kalau di ajak bercanda. Bawaannya serius terus. Nyebelinkan?'' ucap Kaila yang mengadu kepada Deema. ''Enggak, Kak ... Baperan banget sih,'' kata Aiden yang tidak ingin kakaknya kecewa. Kaila pun jadi tersenyum malu-malu. ''Ahay, senangnya dalam hati punya adik ganteng,'' kata Kaila sambil mencubit pipi Aiden, lalu ia pun pergi begitu saja. Aiden yang sudah membuka mulutnya, ingin berbicara, namun suara Kaila terlebih dahulu yang menghentikannya. ''Kalian kalau mau pacaran, pacaran aja. Galang katanya mau jagain tenda. Awas ya macem-macem, aku bilangin Bunda nanti.'' Selesai mengucapkan itu, Kaila pun pergi dari sana. Aiden menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat kelakuan absurd kakanya. ''Mas mau jalan-jalan?'' ajak Deema. Aiden pun mengangguk. ''Ayo.'' ''Kak, Galang. Aku pergi dulu ya ...'' kata Deema, dan Galang yang tengah bermain ponselnya pun mengacungkan jempolnya. Mereka memilih berjalan ke arah berlawanan dengan yang lainnya, yaitu berjalan ke arah sebelah kiri. ''Memangnya harus banget pamitan?'' tanya Aiden yang masih saja belum menyelesaikan kecemburuannnya itu. ''Ya ampun, Mas ... Aku cuma bilang aja. Gak sopan juga, dia lebih tua dari aku.'' ''Hmm ....'' ''Aish ... Masa marah sih? Ini liburan loh ... Baru aja tadi pagi beres marah, masa marahan lagi?'' ''Hahaha ... Enggak, sayang ... Habisnya lucu ngeliat kamu ngomel-ngomel.'' Aiden langsung merangkul bahu Deema. Ia tidak ingin kekasihnya itu kembali marah kepadanya. ''Nyebelin ya, kamu ....'' Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka, untuk melihat-lihat ada apa saja hal yang menarik di tempat ini. ''Wah ... Bagus banget ya, Mas pemandangannya ....'' Aiden mengangguk. ''Kamu lebih suka pantai atau laut?'' ''Emmm ... Kalau di suruh pilih, aku gak bisa milih. Keduanya sama-sama indah ... Sama-sama bagus buat menenangkan diri. Kemanapun, mau pantai atau gunung, aku pasti suka.'' Aiden sangat puas mendengar jawaban dari Deema, ia mengusap-usap rambut Deema dengan lembut. ''Kamu sudah persiapan bawa jaket?'' tanya Aiden. Karena sepetinya hanya ia sendiri yang tidak memiliki persiapan membawa jaket. Deema mengangguk. ''Iya, soalnya Kak Kaila bilang suruh pakai baju yang hangat. Memangnya kamu gak dikasih tau Kak Kaila, Mas?'' Aiden menggeleng. ''Kaila pilih kasih orangnya.'' ''Hahaha ... Lagian kamu mau aja ikut sama kita-kita ....'' ''Emmm ... Alasannya sih cuma mau ikut liburan.'' Deema menatap ke arah wajah Aiden yang lebih tinggi darinya. ''Yakin? Yakin cuma liburan aja?'' Aiden menggeleng, ia mendekatkan wajahnya ke telinga Deema. ''Alasan utama sih ... Mau jagain kamu.'' Tubuh Deema seketika merinding karena mendengat suara Aiden yang sekaligus hembusan napas Aiden yang terkena leher dan telinganya. Dengan refleks, Deema memukul lengan Aiden. ''Mas! Aku merinding tau.'' kesal Deema. Aiden pun menghindar dari Deema karena Deema sudah menyiapkan tangannya agar bisa memukul Aiden untuk yang ke dua kalinya. Tapi Aiden berhasil menghindar dan berlari terlebih dahulu, Deema yang masih memiliki dendam itu pun mengejar Aiden yang cukup jauh darinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN