41. Sayang!!

1259 Kata
Di sore hari yang cukup indah, Deema tengah melakukan kegiatannya yaitu menghias kue. Dari jendela, ia bisa melihat cantiknya senja yang memiliki warna orange indah. Suasana hatinya yang indah, membuat semuanya jadi indah. Hanya dengan waktu 1 jam saja, Deema bisa menghias 3 kue. Untung saja pesanan kali ini dengan dekorasi yang simple-simple. ''Hai, Deema ... Baru berjumpa kita,'' Kaila datang menyapa Deema sambil menyimpan tas bermerknya di meja tempatnya bekerja. ''Iya, Kak. Baru bertemu lagi.'' ''Kamu lagi bikin persenan atau untuk di toko?'' tanya Kaila, karena sekarang, semua pesanan di handel oleh pegawai. ''Ini untuk pesanan kata Mbak Nomi, Kak. Kenapa?'' ''Oh untuk pesanan. Pantas aja, ini motifnya bagus-bagus. Kamu sudah bisa bikin gradasi?'' Level skill Deema menghias kue memang belum se-pro Nomi dan Kaila. Ia masih terus belajar dengan Nomi dan Kaila. ''Belum, Kak. Aku belum tau caranya ....'' ''Okey aku contohin sekarang.'' Kaila memakai apron dan alat-alat lainnya agar kebersihan dan kehigenisan pembuatan kue aman. Ia pun pertama mengoleskan butter cream pada dasar kue. ''Kak sekalian aku mau tanya, kalau ngehias kue yang bentuknya kotak gimana? Aku masih belum mulus ngoles butter nya.'' Kalia tersenyum ke arah Deema. ''Kamu rapihkan setiap sisi kotaknya. Pelan-pelan saja jika belum bisa. Kalau bulat gampang ya? Kamu tinggal ngoles aja.'' ''Iya, aku ngeliat Mbak Nomi, kok keliatan susah.'' ''Mudah kok. Nanti sudah ini aku ajarin ya.'' Deema masih menyelesaikan kue berwarna pink itu sampai akhir. Begitupun dengan Kaila yang masih mengoleskan butter cream putih. Sampai di finish terakhir, Deema kembali mempercantik kue itu dengan tulisan nama pemesan yang ia lihat di tab sebelahnya. Dan hiasan kue yang sedang ia kerjakan pun selesai. Ia menyimpan kue itu di lemari pendingin. ''Sudah selesai? Lihat sini.'' kata Kaila. Deema pun berdiri di sebelah Kaila, memerhatikan teknik gradasi yang Kaila ajarkan. Dan Deema bisa mempelajari hal baru. ''Perpaduan pink putih dulu aja ya, biar kita bisa liat gradasinya.'' Kaila mempraktekan sambil menjelaskan semuanya secara detail kepada Deema. ''Wah ... Kok bisa gitu ya, Kak.'' Kaila tersenyum. ''Gimana? Cantikkan kalau gradasi itu?'' Deema pun mengangguk. ''Ternyata lebih cantik ya, Kak ....'' Kaila menyuruh Deema untuk menyelesaikan hiasannya itu. Hanya menambah bunga dan mutiara serta tulisan saja, kue itu pun sudah sangat cantik. ''Kemarin kamu baik-baik aja sama Aiden?'' Deema menahan tangannya untuk meletakkan bunga di atas kue, karena mendengar pertanyaan Kaila. ''Ha? Emm ... Baik-baik aja, Kak ....'' Deema kembali melanjutkan pekerjaannya. ''Oh ya? Kalian ngapain aja? Aiden gak aneh-aneh sama kamu kan?'' 'Adiknya aneh-aneh banget, Kak ... Bukan aneh lagi. Hampir gak terkendali keanehannya ....' Tidak ... Deema tidak berani berbicara itu dengan Kaila. ''Aneh-aneh gimana, Kak?'' tanya Deema dengan sedikit nada bercandanya. Kaila menahan tawanya sebelum berbicara dengan Deema. ''Emm aneh-aneh ya gitu ... Kalian gak tidur satu kasurkan?'' ''A? Eng--enggak dong, Kak. Ya ampun ...'' Deema buru-buru menutup rasa gugupnya agar tidak terlalu terlihat jika ia berbohong. Kaila mengecilkan matanya sambil mendekat ke arah wajah Deema, Kaila menatap curiga ke arah Deema. Sambil terus tersenyum ia pun berbicara. ''Emm ... Bener? Kok muka-muka kalian mencurigakan ya? Aduh ... Aku harus bilang ke bunda kalau kalian harus cepet-cepet di nikahin. Hahaha ....'' ''Kak ... Kok gitu ... Aku gak ngapa-ngapain kok ....'' Deema memasang wajah memelasnya di depan Kaila. ''Enggak gitu, Kak ....'' ''Hahaha ... Kalian gemes banget sih ....'' Deema mengerutkan bibirnya. Ia pun sedikit takut jika Kaila curiga terhadap dirinya dengan Aiden. Atau ... Jangan-jangan Aiden sudah berbicara hal-hal yang tidak-tidak kepada keluarganya? ''Iya enggak apa-apa Deema, aku ngemaklumi hubungan yang baru-baru itu butuh hal yang uwu-uwu ...'' katanya yang berbicara seperti anak baru gede. ''Tapi benerkan? Aiden gak aneh-aneh sama kamu? Dia orangnya suka jail soalnya ....'' ''Emm ... Jail sih enggak, Kak ... Cuma kenapa Mas Aiden manja banget ya?'' Pak! Kaila memukul meja kue dengan cukup kencang, membuat Deema dan Riki yang sedang lewat terkejut. ''Kenapa, Kak?'' tanya Riki dengan wajah polosnya. Kaila mengangkat tangannya bahwa tidak ada apa-apa. Riki pun kembali melanjutkan jalannya yang tertunda. ''Ada apa, Kak?'' tanya Deema yang sedikit takut. ''Ini nih, Aiden menunjukan sifat aslinya. Berarti ... Kamu memang bener-bener pelabuhan terkahir dia ... Emmm ... Kalian so sweet banget sih ...'' kata Kaila yang gemas sendiri. Deema yang sedikit tak mengerti pun hanya sekedar meringis. ''Gitu ya, Kak?'' Kaila mengangguk dengan sangat mantap. ''Iya seperti itu. Tapi ... Dia beneran gak ngomong aneh-anehkan sama kamu? Dia suka aneh soalnya, Deem. Aku takut kamu aga risih sama omongan aneh-aneh dia.'' Deema berpikir sebentar. Sampai saat ini tidak ada ucapan aneh-aneh dari Aiden yang menyakiti perasaannya. Hanya saja omongan Aiden yang aneh-aneh itu ya seperti itu, seperti terus menggodanya tentang menikah. ''Enggak kok. Palingan cuma ngegoda gitu aja, Kak ...'' kata Deema sambil tersipu malu. ''Ngegoda? Ya ampun ... Emang bener-bener ya Aiden. Muka so-soan dingin tapi nyebelin. Bikin gemes aja pengen acak-acak mukanya.'' ''Jangan dong, Kak. Nanti gak ganteng lagi dong.'' ''Hahhaa ... Bener sih, dia memang ganteng. Teman-temanku aja pada mau kenalan sama dia. Tapi dia nolak katanya gak mau sama yang tua. Eh padahal milihnya kamu, sukanya yang muda-muda. Dasar anak itu.'' .... ''Sayang!'' Sebuah mobil berwarna kuning melintas, kaca mobil itu terbuka dan suara Aiden terdengar di sana. Baru saja ia keluar dari toko, sudah disambut hal-hal indah seperti ini. Tapi ... Mengapa Aiden memanggil namanya dengan kencang di saat ada Nomi dan Riki di sini. Deema pun buru-buru menyimpan jari telunjuknya di depan bibir. ''Syuttt ...'' ''Tidak apa-apa, Deema. Jangan sembunyi-sembunyi gitu. Kita sudah tau. Karena Kak Kaila terus cerita sepanjang hari tentang kelucuan kalian,'' ucap Nomi yang kini ada di samping Deema. ''A? Hehehe ... Iya, Mbak. Aku jadi malu ....'' ''Kalian memang gemes banget kok ... Aku aja senang kalau liat kalian berdua.'' ''Hehehe iya, Mbak. Mbak pulang sama siapa?'' ''Bareng Mas Riki. Kamu pulang aja, itu pacar kamu sudah nunggu.'' ''Ah? I-iya, Mbak. Mas, Mbak aku pulang duluan ya ....'' Deema pun berjalan terburu-buru memasuki mobil Aiden. Sampainya di dalam mobil, ia mendapati Aiden yang tengah tersenyum manis. ''Kenapa senyum-senyum? '' ''Lagi pengen senyum aja,'' jawabnya santai. ''Mas ngapain panggil aku sayang di depan banyak orang sih?'' Aiden sedikit melirik ke arah Deema. ''Biar orang tau, kalau kamu itu sayangnya saya.'' Tuhkan ... Tuhkan ... Kalian lihat sendiri gombalan Aiden yang sangat garing itu. Sangat-sangat garing seperti keripik. ''Hahaha ... Kok mukanya gitu?'' tanya Aiden disaat melihat Deema yang hanya terdiam. ''Habisnya aku dari masuk kerja denger nama kamu terus. Kamu tau? Kak Kaila wawancara aku tau gak!'' ''Oh ya? Terus kamu jawab apa?'' ''Ya gitu aku bilang kalau kamu suka ngegoda, nyebelin, bikin kesel, bikin marah, bikin-bikin semua pokoknya.'' Aiden mengerutkan keningnya. ''Bikin anak juga maksudnya? Tapi saya belum bikin kok.'' ''Aishh ... Mas ... Aku bilang bunda ya kalau kamu ngomong gitu terus.'' Aiden langsung tertawa mendengar kekesalan Deema yang sangat lucu di matanya. ''Bikin awet muda, ketawa terus sama kamu.'' Deema ikut tersenyum. ''Mas gak capek?'' tanya Deema. Aiden menggeleng. ''Enggak. Kalau udah ketemu kamu capeknya hilang.'' ''Oh ya? Emm ... Sudah makan malam?'' tanya Deema yang melihat Aiden masih memakai baju yang sama, sepertinya Aiden belum pulang ke rumah. Lama sekali Aiden menjawab, Deema memilih menjawab pertanyaannya sendiri. ''Mas belum makan pasti.'' ''Iya, kamu sudah?'' Deema mengangguk. ''Aku sudah makan, dibelikan makan oleh Mbak Nomi tadi sebelum pulang.'' ''Mas, mau coba ketoprak di gang belokan sana gak? di sana enak banget katanya. Bisa liat lampu-lampu kota yang cantik juga. Tapi jalannya agak ke atas sedikit.'' Aiden melihat ke arah Deema. ''Mau coba, sayang?'' Deema pun mengangguk. ''Ayo, Mas. Kamukan belum makan.'' Aiden pun membelokan mobilnya untuk sampai di tempat yang Deema maksud.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN