Fania tersenyum tipis pada pria yang membukakan pintu untuk mobilnya. Selama tinggal di Centralia, ia tak bisa bebas bergerak bahkan jadwalnya saja diatur sedemikian rupa oleh sang ibu. Padahal jika dihitung secara usia, dia sudah bukan seorang anak kecil yang mudah tersesat. “Sepertinya kau menikmati peranmu selama acara.” Gadis yang anggun mengenakan rok sebatas lutut dengan blazer senada, hanya mencibir sembari menyamankan duduknya. Tak peduli dengan penumpang lain yang menertawakan dirinya. “Bagaimana denganmu?” “Aku?” Si lawan bicaranya semakin giat mengeluarkan tawa penuh remeh. “Aku memang bagian dari acara itu, kan? Kalau kau lupa, aku pemilik hak siar untuk acara mereka.” Fania memutar bola matanya jengah. “Seharusnya kau naik mobilmu sendiri. Bukan malah menumpang di mobilku.

