Giselle sama sekali tak bisa menunggu lagi. entah sudah berapa kali ia melirik jam yang melingkar di tangannya. Waktu pertemuan mereka seharusnya sudah berlangsung sepuluh menit yang lalu. Bahkan entah berapa pesan Giselle yang sudah terkirim sekadar bertanya, “Kau sudah di mana?” Tapi tak ada satu pun balasannya. Sampai … “Hai, Giselle!” Harvey melambai penuh semangat. Porche putih dengan plat nomor terbaru, atap dibuka lebar, serta interior di dalamnya mencirikan sekali jika mobil putih itu masih mulus belum ada cacat sedikit pun. “Lama tak berjumpa.” Giselle segera beranjak dari sofa tunggu yang ada di lobby apartementnya. Menatap Harvey dengan sorot tak percaya tapi kemudian menyeringai lebar. “Kau pamer, huh?” “Kenapa harus pamer?” Harvey menyibak rambut panjangnya. “Ini mobil im

