48 – Insiden di Dapur

2007 Kata

Di sela suasana asing menguasai, hal yang membuatku tersadar adalah panggilan nyaring dari arah samping. Menarik atensi untuk segera menoleh, kemudian mendapati wanita tua berjalan tergesa-gesa. Keranjang yang beliau bawa dilepaskan begitu saja, diganti dengan memelukku erat sebagai sambutan. “Gusti, lama ndak ketemu ...” Nada senang campur antusias tidak bisa disembunyian, aku yang mendengarnya-pun serupa. “Neng Asha gimana kabarnya? Sehat aja, kan? Ndak kurang satupun?” “Alhamdulillah sehat dan tidak kurang satupun,” jawabku. Perlahan saat pelukan terurai, aku menunduk untuk mencium punggung tangan Mbok Latri. “Mbok apa kabar? Maaf lupa bertukar kabar. Saya tidak berdalih, saya benar-benar lupa. Maaf untuk kecerobohan saya. Mengingat Mbok baik sama saya, rasanya bersalah, menyesal dan m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN