Saat semua sudah duduk lesehan bersiap akan makan, secara mengejutkan Diki mengambil alih atensi. Dia memukul sendok pada gelas, meminta perhatian. “Karena prosesnya jalan di tempat mulu, gue sebagai teman harus lakuin sesuatu buat Bang Praha. Nah, tugas lo-lo pada bantuin gue supaya semuanya berjalan lancar.” “Apaan emang?” desak Mbak Yola dengan kening berkerut. “Lo sampai buat yang aneh-aneh, gue tampol. Jangan jadiin Pra candaan mulu. Mentang-mentang dia nggak pernah negur kelakuan lo, itu nggak berarti lo boleh terlalu kasual sama dia. Ingat, lo harus hormat sama dia. Karena dia lebih tua dari lo.” “Santai, Mbak. Lo juga pasti dukung rencana gue.” Dia nyengir, kemudian berdiri. Membuat perhatian tercuri makin menjadi-jadi. “Buat Bang Praha, lo pasti bakal berterimakasih sama gue. Mi

