Mendengar perkataan Raka, Sintia tak bisa menahan haru. Dia mendekati Raka dan memberinya pelukan dengan air mata berderai. “Kamu keterlaluan, Raka. Kamu nyaris membunuh putramu sendiri,” lirih Sintia. Tak berbeda dengan Sintia, Arvyn juga menatap Raka dengan pandangan menyelidik. “Apa Papa menipuku?” Arvyn dan Airyn saling berpandangan. Jika semua ini adalah sandiwara, papanya sangat pas masuk dalam nominasi aktor terbaik. "Lihat, Sintia. Aku berhasil membuat anakmu yang dingin dan arrogant itu menangis meraung-raung hanya karena seorang wanita.” “Bercandamu tadi, sama sekali tidak lucu, Raka!” tegas Sintia dan Raka hanya tertawa pelan menanggapinya. "Siapa yang bercanda? Aku membuat sandiwara itu untuk membuat Arvyn menunjukkan bukti padaku, jika dia benar-benar mencinta

